Selamat Datang di Ruang Pajang Cipta Karya Sastra (Puisi, Cerpen, Drama, Artikel, dan Catatan Budaya) =============================================================================

Rabu, 05 Oktober 2011

ROMANSA SAIDI kisah asmara sang SENIOR (senang istri orang) titian kembir

3. pelana sang petualang

Sebagai seorang Saidi muda, teduhnya lautan hati bergemuruh di kedalaman sunyi. Karena hatinya sepi dalam lautan kemelaratan jiwa. Iya. Hati yang melarat dan terlunta-lunta menuju hasrat yang belum sampai. Sebagai seorang Saidi muda, adalah guru muda yang kenes merapal ilmu-ilmu buat siswanya.
Eiiit, jangan kaget. Begitu melihat para siswi-siswi yang mendadak begitu pintar bergincu di hadapannya. Hasrat yang hampir sampai, bahkan mungkin tak pernah singgah lewat dermaga pengharapan.
Namun penampilanmu. Hai, Saidi. Bak pelana sang petualang yang belum sampai ke tujuan. Seolah merasa berdiri di altar megah dalam singgasana bersepuh emas. Berbaju sutera dengan menggamit segala keinginan dalam berbagai rencana. Berpenampilan, berangan bak Arjuna memancar pesona. Namun apa daya, lahiriahmu sebatas kemampuan rahim bunda yang mengisyaratkan keterbatasan. Belenggu ketakberdayaan. Bahkan mungkin mengeram mental tak jelas.
Oh, seandainya itu memang benar dalam melakoni ketakberdayaan, apa kata generasi yang dia inginkan. Menunda kehadirannya ataukah meminjam sembarang rahim bak modernisasi janin tabung. ? Ataukah hanya generasi setengah-setengah ? Sebab kehadirannya tak mau sembarang menghadirkan lakon dirinya sendiri. Dia tidak ingin ada yang tertular.
“ Jangan tiru saya” begitulah kira-kira untuk menutupi boroknya yang akan menjadi bencana. Apabila orang-orang sekitar mengikuti tingkah lakunya.
Mengikuti? Bagaimana mungkin seorang guru akan memberi contoh buruk terhadap anak didiknya? Itulah bukti kehebatan sang kecial. Karena mantra-mantra yang mampu menutupi borok sendiri. Tidak ada yang akan tahu, kalaupun ada yang tahu nantinya, cukup diberi hadiah persenan sebagai wahana tutup mulut. Dasar niat busuk.
Dan ketika kesabarannya hampir habis, Saidi berupaya membeli berbagai bentuk pesona dengan menyihir setiap kemauannya menjadi sang Arjuna. Jadilah ia Arjuna. Namun sayangnya tergerai oleh sang waktu lemah syahwat. Tertutupi guna-guna. Selaput pelet resem.
Guna menghilangkan kekurangannya itu, Saidi akhirnya membeli pil kuat tanpa penakar. Jadilah Saidi pemuda perkasa yang menawarkan asmara pada setiap wanita. Bermain kuda-kudaan. Menjadikan betina meringkih geli gelisah basah dalam aroma birahi. Dahsyat kuda betina binal. Kuda jantan penunggang betina. Ditunggangi tenaga sakti Bima.
Oh, kuatnya pil pejantan penakar dosis tinggi. Tidak ada yang mau kalah. Meringkih keras membelah dusun. Dan begitu perempuan takluk dalam genggamannya, serta merta tak mampu berkutik untuk mengatakan tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar