Selamat Datang di Ruang Pajang Cipta Karya Sastra (Puisi, Cerpen, Drama, Artikel, dan Catatan Budaya) =============================================================================

Minggu, 09 Oktober 2011

Prosa liris: ROMANSA SAIDI kisah asmara sang SENIOR (senang istri orang) titian kembir

4. menjadi tukang tenung

Sekarang Saidi sudah mahir menjadi tukang tenung, khusus melayani para pejabat-pejabat yang mudah menggelontorkan dana-dana buat kebutuhan realisasi proposal yang dia ajukan.
Hasilnya dibagi tiga.
Kenapa harus tiga? Barangkali hanya dia yang tahu. Kalau kita tanya akan dijawab dengan pertanyaan yang sama lalu terbahak-bahak dan ouuupssss..!!, ketawanya adalah kelicikan mata musang. Diam-diam lewat suara bathinnya dia akan berterus terang:
Pertama : kebutuhan pejabat dipentingkan. Tentu yang dipilih-pilih. Itu yang utama. Pilihan yang mendatangkan keuntungan buatnya.
Jelas! Pejabat mana yang memudahkan turunnya dana-dana proyek yang diajukan. Dan dengan patuh dia mengatakan bahwa pejabat tersebut sebagai orang besar. Sangat pantas untuk sebutan bos. Sang penjaja nasib yang merubah nasib hidupnya jadi warga berkelas. Dari kelas teri merangkak menjadi kelas kakap. Mangsanya nelangsa mematahkan nasib para teri-teri muda berikutnya. Orang penting. Orang-orang itu akhirnya mulai menyebutnya.
Orang mulai meliriknya sebagai sebuah kebutuhan. Kebutuhan akan melancarkan segala proyek untuk di prospek. Secara bergiliran orang-orang yang memiliki minat, satu demi satu mengapeli rumahnya.
Selain harus memiliki rekening pribadi, rekening lembaga yang dia kelola, yang terpenting adalah mesti hafal rekening sang pejabat divisi penggelontor. Karena terlalu banyak bergaul dengan orang penting, maka setiap orang-orang yang mengatakan betapa sulitnya menemui Saidi-pun turut serta mengatakan : Oh, ternyata Saidi orang penting juga. Sudah pandai bergaul dengan orang penting di kota.
Menjadi orang penting menyenangkan juga. Artinya segala sesuatu kebutuhan akan dipentingkan dulu, walau tidak terlalu penting buat dirinya. Karena ia orang penting, yang tidak pentingPUN akan menjadi penting. Apalagi setelah memiliki lembaga yang semula kecil hingga menjadi tenar. Tenar akibat gemulainya negosiasi yang berhasil. Lembaga yang bergerak di bidang pengentasan buta aksara.
Mencari anak-anak yang mau belajar sampai ke pelosok-pelosok kampung. Susahnya minta ampun. Ketika ditanya, mereka semua ngaku lancar baca tulis. Namun manakala mengetahui dana proyek sudah turun, mendadak semua catatan dicentang mengatakan tak mampu membaca dan menulis. Apa iya?
Kemudian yang kedua, buat kebutuhan membeli spare-part di dukun untuk meremas-remas kemauan pikiran setiap pejabat, setengahnya lagi untuk menyihir setiap wanita yang diinginkan hingga……..terkulai akal sehat. Apapun yang akan dikatakannya akan segera dijawab dengan “ya”, tanpa memikirkan akibat-akibat yang ditimbulkan dari jawabannya itu.
Ketiga, tentunya untuk berkolaborasi dengan zat-zat yang mendampingi kenikmatan hidupnya. Tentunya setiap kemayu kenikmatan, akan dihisap sepuas-puasnya tanpa ada sisa. Tanpa ada tersisa. Saidi tidak mau meninggalkan sisa. Sepercik sekalipun.
Air liurnyapun tak akan mau dia buang disembarang tempat, kendati lupa kalau dia sembarang membuang air benih, vitalnya yang terahasia congkak, bengkak dan dapat merekah. Namun, justru semakin dikenal di rahim setiap perempuan. Dan Saidi sering lupa meluapkan kegembiraan, manakala membuang air benihnya, sembarang waktu, dengan memilih tempat yang tidak sembarangan. Yang diajakpun suka. Bahkan sering meminta mendahului ajakannya. Wah, jadi jungkir balik. Sang perempuan mengejar pria. Sang perempuan menyodorkan kemauannya.
Karena ketika ia menyadari, zat-zat hidupnya yang bertebaran, orang akan menghitung, berapa zat yang telah sia-sia untuk menjadi jiwa manusia.
Entahlah!
Siapa yang mepedulikan zat hidupnya yang mengalir dalam benih kesia-siaan. Karena ia menganggap itu bukan limbah benih tersia-sia. Benih ia anggap mampu dijadikan kompos selanjutnya ditata kembali sebagai bukan benih yang sia-sia. Karena merangkai masa depan betapa mampunya ia mengembangkan generasi. Itupun kalau sang waktu tidak berjalan mandul.
Siapakah gerangan dia - yang terlampau intim untuk mengenal setiap lekuk tubuhmu, sang Saidi yang mengubah sukma bak Arjuna? Setiap perempuan pasti akan merahasiakan lekuk-lekuk itu pada setiap lelaki yang tidak dia inginkan, namun tidak buat Saidi ketika mengatakan dalam bahasa merdu:
“Engkau harus mau……engkau harus mengikuti perkataanku!”
Dan perempuan rengkuhannya akan mengangguk, menatap sang Arjuna yang tiba-tiba berdiri di hadapannya. Serta meremang bayang-bayang lahirnya anak-anak matahari. Dalam ruang dan waktu. Meruang dalam percumbuan hasrat. Panas bergelut emosi. Menggelora..Dan lelaki di hadapannya adalah sosok lelaki bertubuh kekar dan dinamis mengutarakan keinginan.
“Engkau harus tunduk di hadapanku……..Engkau harus bercumbu denganku………”
Dan segala sesuatunya berlanjut di luar kehendak. Selanjutnya wahai, wanita: engkau yang datang merayu-rayu. Menagih-nagih keinginan. Akan menjadi gila karenanya, manakala Saidi sedemikian rupa bergelut dalam kesibukannya yang khas : menyapa setiap pejabat yang sarapan di warungnya yang menurutnya cukup elite, berlokasi dekat pelabuhan. Warung yang mampu menyulap pendatang menjadi ketagihan untuk datang menyantap berkali-kali segala keramahan yang ditawarkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar