Selamat Datang di Ruang Pajang Cipta Karya Sastra (Puisi, Cerpen, Drama, Artikel, dan Catatan Budaya) =============================================================================

Selasa, 04 Oktober 2011

Prosa liris: ROMANSA SAIDI kisah asmara sang SENIOR (senang istri orang) titian kembir

Romansa Saidi
Prosa liris
DG KUMARSANA





PENERBIT
PUSTAKA EKSPRESI
Jl. Diwang Dangin No. 54
Br. Lodalang, Kukuh, Marga, Tabanan
Bali. Telp. (0361) 7849103
E-mail : Pustaka_ekspresi@yahoo.com

Editor : Mohammad Ismail
sampul
Lukisan : Mohammad Ismail
Tata letak : I Made Sugianto
cetakan Pertama : nopember 2011
Percetakan : Ekspresi Printing
ISBN : 000-000-00000-0-0
2. keajaiban asmara

Sahatun muda adalah hingar kecipak asmara embun pagi, yang senantiasa direnungkan setiap lelaki. Kemudaan seorang dara jelita, putri remaja yang ranum mempesona. Karena kejelitaan itu, adalah putik yang oleh setiap pejantan ingin memetik harumnya. Harum kembang desa yang tidak sembarang orang dapat memetiknya begitu saja, karena setiap yang mampu dipetik adalah kupu-kupu terbenam dalam sayap-sayap basah. Membenamkan jiwa- jiwa hangat, melantunkan asmara membahana, mengalir melahirkan cinta.
Karena setiap pejantan senantiasa memimpikan keinginannya. Keinginan sang dara jelita yang senantiasa bungkam seribu bahasa memaparkan ungkapan yang diberikan pada para pengagumnya.
Dari sekian banyak pemuda yang menginginkan, hanya Saidi yang mampu menguasai pikirannya. Seolah persis dan sangat memahami setiap kegemarannya yang sengaja tak mau diungkap. Dan sang dukun menggambarkannya dalam bentuk kupu-kupu. Salah satu keajaiban asmara yang singgah di hatinya.
terbang
terbanglah dia
dan Saidi menjadi sarangnya.
melemak dalam kepompong,
yang mampu menguasai jiwanya, hanyalah sarangnya.
awal mula ia belajar mengepakkan sayapnya,
untuk terbang selanjutnya
Sesungguhnya yang terjadi pada diri Sahatun jauh bertolak belakang dari keinginan-keinginannya. Hanya saja dia tidak mengetahui, entah apa penyebabnya dia menjadi bergitu tertarik. Menarik pada kedalaman rasa yang luar biasa untuk tertarik. Dia menjadi begitu tergila-gila dengan lelaki yang dianggapnya tak memiliki postur yang ideal, pendek dan gagap mengemukakan angan dan keinginan. Itu yang terlintas dalam pikirannya pada waktu itu.
Masa-masa pada saat dia belum mengerti secara dalam memahami hati laki-laki yang sebenarnya. Sorot mata menyimpan diam. Tidak berkelana dalam setiap lirikan, Namun melengos dalam menerima tatapan. Hanya sayang seribu kali sayang, telah ada yang mengemas hatinya. Tanpa dia minta.
Sahatun muda sempat kemayu dalam setiap kerlingan mata jejaka. Adalah untaian rasa mengelopak menanamkan berbagai rasa bagi pemuda-pemuda desa yang turut andil membagi-bagikan perhatian buatnya.
Adalah Saidi, lelaki kecil berkemauan besar. Suka gonta -ganti pasangan dan matanya tak bisa lepas menatap setiap wanita. Sering berkhayal telanjang dengan pikiran-pikirannya yang telanjang pula. Menatap lewat mata telanjang dengan dunianya yang telanjang bulat. Bulat dunia yang bugil. Khayalan yang terwujud dalam kenyataan. Bukan hasrat terpendam.
Adalah Saidi seorang guru yang keras, sekali waktu berubah menjadi tanah lempung di hadapan wanita. Matanya melukiskan wanita-wanita penari telanjang yang suka menelanjangi hasratnya. Matanya memancar lenguh kecial menakar napsu. Baginya wanita telanjang adalah kodrat; maka setiap wanita yang dia bidik adalah kodratnya untuk menelanjangi hasrat. Dan pergumulan asmaranya adalah aksara yang dibaca dalam mantra nan kental.
Matanya adalah mata berkencan dalam aroma asmara paska akil baliq. Terlalu serakah menikahi pancaroba. Dan akil baliq adalah bagian dari musim yang membuatnya jadi ranum dalam usia.
Matanya adalah keredupan nyala ambisi dalam mengarungi gurisan masa depan, sebagaimana masa depan yang seharusnya dimiliki orang-orang kebanyakan. Hanya sepintas memandang, matanya ibarat bara dalam sekam yang ditutup-tutupi dalam kepiawaian berdialog. Maka berdialoglah dia, penuh dengan kepura-puraan, penuh dengan tanda tanya dibuat-buat. Banyak bohongnya. Kalau kita tahu. Karena memang benar-benar bohong. Seolah segala sesuatu adalah hal-hal yang sangat serius untuk dihadapi.
Dia merasa masa depannya adalah sama milik setiap orang. Dia merupakan sebagian kecil dari sebagian besar masa depan orang-orang. Dan sorot matanya bernyawa dalam keinginan diam-diam. Sorot mata yang suatu saat akan belajar menenung. Segala sesuatu yang mewujudkan renungan. Ambisi yang diam-diam. Keinginan pelan-pelan yang selalu datang menggoda. Ambisi dalam menakar kesukaran hidup yang dihadapi saat itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar