Selamat Datang di Ruang Pajang Cipta Karya Sastra (Puisi, Cerpen, Drama, Artikel, dan Catatan Budaya) =============================================================================

Jumat, 23 Juli 2010

Prosa liris: ROMANSA SAHIDI (5)

Maka berdialoglah dia, penuh dengan kepura-puraan. Banyak bohongnya kalau kita tahu. Karena memang benar-benar bohong. Seolah segala sesuatu adalah hal-hal yang sangat serius untuk dihadapi. Dia merasa masa depannya adalah sama milik setiap orang. Dia merupakan sebagian kecil dari sebagian besar masa depan orang-orang. Dan sorot matanya bernyawa dalam keinginan diam-diam. Sorot mata yang suatu saat akan belajar menenung. Segala sesuatu yang mewujudkan renungan. Ambisi yang diam-diam. Keinginan pelan-pelan yang selalu datang menggoda. Ambisi dalam menakar kesukaran hidup yang dihadapi saat itu. Sebagai seorang Sahidi muda adalah teduhnya laut hati bergemuruh di kedalaman sunyi. Karena hatinya sepi dalam lautan kemelaratan jiwa. Iya, hati yang melarat dan terlunta-lunta dalam hasrat belum sampai.
Sebagai seorang Sahidi muda, adalah guru muda yang kenes merapal ilmu-ilmu buat siswanya. Eiiit, jangan kaget begitu melihat para siswi-siswi yang mendadak begitu pintar bergincu di hadapannya. Hasrat yang hampir sampai bahkan mungkin tak pernah singgah dalam dermaga pengharapan. Namun penampilanmu, hai, Sahidi bak berpelana sang petualang belum sampai. Seolah merasa berdiri di altar megah dalam singgasana bersepuh emas. Berbaju sutera dengan menggamit segala keinginan dalam berbagai rencana. Penampilan, ya berangan Arjuna memancar pesona. Namun apa daya, kelahiran tak sebatas kemampuan rahim bunda yang mengisyaratkan keterbatasan. Belenggu ketakberdayaan. Bahkan mungkin mengeram mental tak jelas.

Kamis, 22 Juli 2010

KECIAL KUNING (9) (malam yang hilang)

Kau menangis dalam tawa yang kosong
mendapatkan malam bergincu
tanpa tembang bulan menghias langit malam
meruntuhkan bunga-bunga di atas tanah meninggalkan bercak aroma buatan
harumnya sesaat menakar janji tak pasti
malam tak berwarna
bulan hitam
membentur bayang bayang gelap

Kau masih tetap menangis
tanpa airmata

Selasa, 20 Juli 2010

NASIHAT KATA

Ibu itu menasihati anaknya:
“Nak, kalau tahun ini penghargaan pengabdiamu dari perusahaan tempatmu bekerja tidak keluar, ikhlaskanlah. Karena sekian banyak pekerja lebih banyak mengabdi kata-kata dengan lidahnya. Nak, kalau kamu ingin mengabdi dengan kata-kata pula sebagaimana kebanyakan orang-orang, ingatlah dan camkan pesan ibumu ini : mengabdilah dengan benar lewat kata-kata dalam nurani yang jelas. Karena engkau kulahirkan ke dunia ini bukan untuk menghitung peluh yang tidak sia-sia telah kau keluarkan buat anak-anakmu!”

Anak itu mengingatkan ibunya:
“Bunda, tahun ajaran baru ingat belikan aku sepatu baru, baju baru, celana baru, ikat pinggang baru dan buku baru. Jangan lupa bayarkan uang komite, uang asuransi sekolah yang tak jelas dan uang pembangunan. Bunda, kalau tidak punya uang, pinjam dulu. Karena aku malu tidak sekolah gara-gara tidak ada uang kendati aku sadar datang ke sekolah seperti mendatangi butik di awal PSB”

Ibunya membujuk suaminya:
“pakne, kalau tidak ada jalan lain cari uang buat sekolah anak, kasbon dululah di perusahaanmu dan banyak-banyak berdoa agar rejeki secara berlipat-lipta segera jatuh dari langit. Karena berdoa jauh lebih baik ketimbang korupsi!”
Dan suaminya mengangguk serta memperbaiki lidahnya agar tidak salah omong, agar lebih hormat dan pintar mengambil hati atasan, agar lebih hormat dan pintar mengambil hati ibunya, agar lebih hormat dan pintar mengambil hati para leluhurnya, agar lebih hormat dan pintar mengambil hati Tuhannya : berharap keberuntungan lebih bersahabat lagi dengannya.

Istrinya senang melihat suaminya sudah mulai pintar memperbaiki lidah berujar yang benar bahwa untuk memperbaiki nasib pendidikan anaknya tergantung pada cara kerja yang benar di setiap gerakan lidah suaminya yang memuntahkan kata-kata manis. Hanya tinggal mengajarkan suaminya bagaimana cara bermuka-muka yang benar dan santun manakala berhadapan dengan atasan. Menekankan suaminya untuk lebih sering bersilaturahmi pada atasan agar bisa mengeruk keuntungan pribadi.

Jumat, 16 Juli 2010

HARI MENJELANG ULANG TAHUN (I)

Wajahmu pasti mengembang membayangkan hari bercahaya
terpendar kegembiraan dalam dahaga bertahun-tahun
akan datangnya sebuah harapan, dalam penantian panjang
entah siapa yang mampu mengubah
segalanya dapat saja berubah, karena itu mauku
akan datangnya sebuah harapan, wajahmu pasti terang
membayangkan hadiah yang bakal kau terima
wajahmu pasti terang pula
bak terang bulan malam hari di kaki lima sepanjang trotoar
membayangkan wajahmu ceria menggenggam sebuah piagam
engkau bermimpi menggenggam lembaran kertas purna bakti
yang seandainya engkau terima persis di hari jadinya
yang semestinya akan engkau laminating di sebuah warung foto copy
dan kau pacakan di tembok dengan kata-kata angker:
“inilah bukti pengabdianku yang telah sekian lama, wahai ruang kantorku!”
sekian lama 25 tahun silam
sekian lama hampir berjalan tahun tahun ke duapuluh-enam
ketika anak-anakmu belum lahir hingga sekolah, hingga belajar mencakar cakar rejeki
di atas tanah
atau mungkin, harapan tinggal harapan
yang dikubur di dalam tanah kesia-sia : pahatan batu nisan

SEKOLAH MENJADI PASAR KAIN

Di awal PSB sekolah sekolah telah berubah menjadi pasar
Menjual kain, baju, celana, topi dan segala jenis asesoris
Para guru tidak hanya pintar mengajar, tapi juga bercoleteh tentang mutu kain yang berkualitas
Para guru tidak hanya pintar mengajar, tapi sudah berkalkulasi dagang dalam proteksi jiwa
Pintar menganalisa angka-angka dalam prosentase pembelian dalam melipatkan keuntungan
Dan mahir menulis kuitansi asuransi jiwa anak anak
Dan orang tua siswapun berebutan merogoh dompet.
Segala jenis kocek atasnama pendidikan adalah mutu
Berapapun biayanya yang penting anak-anak pintar
Kalau tidak punya uang jangan sekolah
Kendati berutang jangan malu jadi pintar
Sekolah telah menjadi distributor kain yang lengkap.
Untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik.

Prosa liris: ROMANSA SAH IDI (1)

Adalah Sahatun, wanita yang tercerai berai dalam angan tak sampai bersuamikan Sahidi lelaki yang tiba-tiba terbuka melampaui angan.
Sama-sama terhempas dalam badai.
Sama-sama berkarier.
Sama-sama punya harga diri.
Dan sama-sama ingin punya masa depan yang indah.
Pernah saling mencintai, bahkan mungkin diam-diam masih ada rasa cinta kasih sayang ketika masalah memisahkan mereka.
Ketika pertengkaran melibas mereka.
Ketika badai rumah tangga mulai terasa menghantam.
Ketika berbagai sangkaan praduga menguliti masing-masing pikiran mereka.
Ketika rasa curiga membuahkan tudingan-tudingan tak membendung berbagai tuduhan-tuduhan.
Ketika sama-sama saling mulai melecehkan cinta kasih yang semula dibangun dari serat –serat burung kecial. Entah!?
Itu kata mereka, manakala terbakar emosi. Kenapa bisa terbakar emosi? Akankah serat-serat kecial telah menuai jadi minyak-minyak yang ditorehkan dalam beberapa kalimat sakti? Minyaknya dioleskan di jidat, dioleskan di sepasang alis mata, kemudian ucapkan beberapa patah kata, maka emosi sesungguhnya jadi redam.

Selasa, 13 Juli 2010

DOA PENGABDI KERJA 25 TAHUN LEWAT (menjelang HUT 39)

Kimia Farma menjelang HUT ke 39
Padamu kuberkata:
Telah 26 tahun (sedang berjalan) aku mengabdi padamu
Dalam berbagai rasa kejengkelan, marah, emosi,sakit hati, senang, gembira dan banyak hal kualami dalam kerja.
Semoga tahun ini penghargaan purna bakti masa kerjaku yang selama 25 tahun mengabdi dapat dikeluarkan, kendati lewat setahun
Nggak apa-apa lah
Yang penting bisa aku terima dan tidak ditunda seperti tahun kemarin
Hmmmmmm…….!!
Sungguh sungguh aku berdoa nih Tuhan.
Dengarah doaku….
Iya….dengarkanlah
Sedetik saja!

Jumat, 02 Juli 2010

KECIAL KUNING (7) (malam pertama)

Dan keganjilan ini menjadikan malam yang ngial
telah menyihir wajahmu dalam berbagai rupa
engkau berubah laksana arjuna mengeram sejuta keinginan
di hadapan dewi yang penuh pesona
bulan melampiaskan sinarnya bak jelita bercahaya

Melupakan harapan kosong
yang sesungguhnya melompong setelah menakar-nakar asmara bernyawa
di tubuh nan linglung

Dara, engkau tumpahkan airmata penyesalan
manakala arjunamu mencuri putik mahkota pelaminan
satu satu
menghisap tanpa ada sisa