Selamat Datang di Ruang Pajang Cipta Karya Sastra (Puisi, Cerpen, Drama, Artikel, dan Catatan Budaya) =============================================================================

Sabtu, 30 April 2011

Sajak-sajak : DG.Kumarsana PENYAIR AKHIRNYA

Dengan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada sang TAKSU yang telah melahirkan sebagai seorang penyair beken
Ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada sang TAKSU yang tiap malam aku sebut namanya sehingga telah melahirkanku sebagai cerpenis yang lumayan bagus tulisan saya walau masih banyak bopeng-bopengnya

Penyair tak menunggu turunnya hujan dari langit ketika ia harus meramalkan kata-kata menjadi sebuah kalimat indah dibaca
Penyair tak harus sebentar jongkok di WC untuk mampu menetapkan pilihan apakah kata-katanya siap untuk dibacakan di mimbar-mimbar
Penyair adalah ibadah pada kata-katanya sendiri yang tidak selalu dianggap miskin idealisme karena komitmennya yang tinggi untuk menetapkan kata sebagai sebuah perubahan moral masyarakat yang dianggap sakit
Penyair terkadang memancing sensasi yang genit menggoda di depan mata, walau terkadang sering penyair termakan oleh kata-katanya yang dirangkai
Karena begitulah penyair siap dimaki saking sukanya memaki kebobrokan bangsa ini dalam penjajahan kaum koruptor.
Penyair kendati suka uang dan tidak malu untuk kaya namun belum layak melahirkan generasi koruptor
Penyair suka memainkan kata-kata dengan bersilat lidah namun enggan membunuh sesama manusia, apa lagi sesama penyair
Penyair enggan untuk jual diri, apalagi menjual bangsa ini menjadi bangsa tanpa harga diri, namun penyair tidak suka kampanye untuk mencalonkan dirinya jadi presiden, adalah lebih baik ia menjadi seorang presiden penyair untuk kata-kata yang disyairkan

Penyair adalah rakyat miskin yang kaya kata-kata makanya sebagai seorang birokrat jangan coba-coba menjadi penyair kalau tergelincir dan tidak setia dalam prilaku kata-katan sendiri dalam prilaku terpilah
Dengan demikian seorang penyair harus siap miskin kendati kadang-kadang sering mengaku kaya raya, punya sawah luas, punya rumah mewah, punya istri banyak dan punya anak banyak sebagaimana yang disyairkan dalam karyanya yang kaya makna

Penyair adalah roh dahsyat yang melahirkan kata, bak Taksu ketika setiap makna syairnya meruntuhkan negeri awan gelap bobrok moral
Dan Penyair di akhir kedatangannya dijadikan pesakitan
runyam…….!!!

Novel : SENGGEGER KECIAL KUNING JARAN GUYANG ( 39 )

Rina kaget dan berteriak sambil menoleh ke samping. Tapi dilihat wajah mbok datar-datar saja sambil pura-pura membuang muka, seolah-olah merelakan kejadian itu tetangkap matanya. Atau memang pura-pura tidak tahu? Tidak mau tahu? Atau tidak ingin sampai menangkap basah kejadian itu? Atau barangkali ada yang disembunyikan dari sikapnya mbok?
Ada rasa janggal dalam peristiwa ini. Rina tidak tahu kenapa semua ini terjadi begitu saja. Dipaksa untuk membayangkan wajah bli Nyoman, malah bayangan itu kian jauh berlari. Dalam bayangannya, bli Nyoman seperti jual mahal dan berlari menjauhinya. Bli nyoman...bli Nyoman, kenapa bayanganmu kini hilang perlahan dalam hidupku? Kenapa?
Setiap membayangkan wajah suaminya selalu saja wajah Badra bermain-main di pelupuk mata hingga memenuhi rongga hati paling dalam. Ada apa ini? Apa yang tengah terjadi? Dia tidak tahu. Berulang kali akan dikatakan, bahwa ini tidak boleh terjadi, namun ada kekuatan lain yang menarik tubuh ini untuk tetap bertahan dengan kekuatan-kekuatannya yang aneh. Rina berusaha untuk mengatakan ini tidak boleh terjadi. Rina sudah memiliki seorang suami, namun berkali-kali bayangan suaminya selalu ada dalam pancaran rasa bersalah, tersudutkan dan penuh dengan bentuk kekurangan-kekurangan yang sangat mengecewakan hatinya.
Dan selalu saja wajah lelaki itu yang lebih kuat menarik dan membetot perhatiannya. Rina merasa tidak kuat dalam perlawanan bathin, seperti melawan ribuan kekuatan tak nampak. Namun apa daya, dia tetaplah seorang wanita. Tidak ada kekuatan yang mampu untuk membentur-benturkan ketakberdayaan ini. Tidak ada kekuatan lain untuk dapat melawan. Karena dia hanyalah seorang wanita biasa.
Seringkali tanpa ditemani suaminya yang selalu sibuk, Rina menyempatkan diri datang ke rumah kakaknya. Selalu disuguhkan segelas teh yang khusus dibuatkan oleh Badra. Karena haus, Rina langsung main srudut saja sepuas-puasnya. Hmm..,enak juga

Sajak : DG Kumarsana PENJABAT PENJILAT

Engkau seorang penjabat
aku jadi penjilat
bermuka-muka
kujilat kau
ketika aku berhasil menjilat
jadilah aku penjabat siap dijilat
tanpa pernah kehilangan muka
menunggu dijilat

Sajak : DG. Kumarsana NEGERI PERJAMUAN DADU -1-


Usai perjamuan ini sebuah teka-teki anak-anakku
tutur petuah seorang ayah buta kepada anak-anaknya
yang tuli gagu warna air muka membaca tabiat buruk terlahir dari sesal salah
bersinambungan,
Yudistira terpekik bangun dari mimpi bermata dadu
singgasana sesaat yang hilang di negeri sendiri tak bertuan
Drupadi tertegun
membaca masa depan negeri Kuru
Perang ini buat siapa
belum usai menyuguhkan, sebuah perjamuan hadir
dan negeri ini adalah impian masa depan
manakala para ksatria datang berjudi dengan nyawa
ini judi tanah kurusetra anyir bau darah
perang tiada akhir buat kemenangan tak pasti
dan para dukun pada rapat mencari kebenaran dibawah terali wantilan
entah jin mana yang harus dilepas
untuk memperebutkan singgasana emas
dari jaman ke jaman
akan selalu menjadi pertikaian semu
manakala usia perang
yudistira masgyul mengembala anjing
sang Dharma tak sampai sampai
pada kawah langit
penghabisan

Jumat, 01 April 2011

PAKSI NGEDIL

Ngedil mekeber tegeh mentangin langit lan tegehan pasih
ngelepak kampidne nyujuh langit
receh angine ngaukin ujan
nekepin sunia di galang kangin
tegeh ngindang di duur gunung
nambung makeber nyerit mesbes keneh
ngangsur ungkah-angkih
ngurung lawatne sang paksi kateteh masunar matanai
uli useran yeh pasihe nganti nyat
uluh matanai lan sang paksi metinggah
nguluh warsa
maksa keneh puyung mamung gumine
ujug-ujug ngetelang keneh
nombaang abetne tastas telah aas sekabesik
maboya-boya nantangin gumi mentangin selat pasih
buka kampid matatu gelah paksi ngedil
mangenan
makeber
buung