Selamat Datang di Ruang Pajang Cipta Karya Sastra (Puisi, Cerpen, Drama, Artikel, dan Catatan Budaya) =============================================================================

Jumat, 14 Oktober 2011

MENATA MASA DEPAN, ANAK-KU…..

Hari ini kubuat selarik sajak buat anakku yang ulang tahun dan ibunya masak yang cukup special di hari ulang tahunnya yang ke 16. Walaupun wajah anakku terlihat 5 tahun lebih tua dari usia sebenarnya yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas kelas 2, namun dia menganggap dirinya serasa berusia 17 tahun,..mimih…! anakku yang remaja beranjak dewasa. Ibunya selalu was-was dengan tingkah lakunya.
Petang selepas menutup took tempat kami menjalankan usaha, ibunya dan anakku terkecil membelikan kue dan beberapa lilin untuk mengingat bahwa masih ada perhatian seorang ibu terhadap anaknya yang lagi berhari special di usianya yang special dengan masa remajanya yang sedang dijalani dengan special serta masa kanak-kanaknya yang pernah dilalu juga dengan cara cara yang sangat special pula.
Dan ketika acara tiup lilin malam itu berlangsung berkatalah sang ibu pada anaknya, semacam pesan di harinya yang special
“Nak, di harimu yang bahagia dan sangat khusus ini ibu berpesan padamu, belajarlah bersikap lebih dewasa lebih dari hari-hari sebelumnya, lebih banyak belajar karena usiamu ini usia tengah menginjak bangku sekolah, berusaha untuk bertemperamen halus dan lembut kendati engkau bukan wanita sehingga ketika orang bicara, kamu bisa menyambung pembicaraan orang manakala orang itu telah usia mengungkapkan apa maksud perkataannya, jangan langsung memotong ucapan orang sebelum orang itu selesai berbicara sehingga engkau tidak tahu; apa sesungguhnya maksud bicara orang itu, terutama sekali ketika ibumu ini bicara, dengarkan dulu! Jangan langsung menjawab, berkomentar apalagi membantah. Oh, kalau menyanggah boleh, sepanjang itu ada yang kamu rasa tidak cocok dengan isi hatimu, tapi, dengarkan dulu, tolong dengarkan manakala ibu usai bicara. Nah, kalau sudah menyanggah apalagi merasa tidak cocok menurut pandangan ibumu, coba katakan apa yang terbaik menurutmu, dan katakan pada ibu apa alasan-alasannya. Jangan hanya menyanggah tapi tanpa memberikan satu solusi dari apa yang rasanya tidak cocok dengan buah pikiranmu. Nak, di harimu yang bahagia ini, sadarilah kalau sesungguhnya engkau masih membutuhkan kehadiran orang tua, karena orang tua sepanjang yang kamu ketahui tak’ kan ada yang menjerumuskan anaknya, apalagi sampai membunuh masa depannya. Namun apa yang menjadi ganjalan ibumu selama ini ternyata menurut pendapat ibu, sekali lagi,hhmmm….., menurut pendapat ibu bahwasanya ibu merasa kamu lebih mendengar kata-kata orang lain ketimbang ibumu sendiri. Itu yang ibu tidak suka. Sadarlah nak. Orang lain kendati benar omongannya, bisa kamu anggap sesuatu yang bagus buat jalan hidupmu kelak, tapi jangan sampai kebenaran yang kamu terima itu dapat kamu anggap sebagai sebuah umpatan yang menghakimi kebebasanmu yang menurut ibu, masa-masamu sekolah sepadan dengan nasehat yang ibu keluarkan untuk mewujudkan cita-citamu dan apa yang telah kamu raih seperti sekarang ini bukan sebagai suatu kesusksesan yang menurut pendapatmu kamu anggap dirimu sudah mencapai masa-masa puncak. Tidak, anakku, bukan seperti itu yang ibu harapkan dengan menelan segala perkataan orang lain yang belum nyata-nyata kamu ketahui, ada apa dibalik kebaikan seseorang padamu. Bisa saja sebuah kepura-puraan, kebaikan yang disuguhkan untuk mengambil simpatimu. Kenapa ibu berkata begitu? Karena, inilah instink seorang ibu, yang kata orang lebih tajam dari sebilah belati, kata tetua dulu, instink seorang ibu cahayanya nyalang merebak memenuhi hati seorang anak secerah cahaya mentari yang tak pernah lelah menyinari bumi dan segala isinya dari pagi hingga sore menjelang petang. Dan ibu menyadari instink yang ibu miliki. Dan juga ibu harap engkau jangan terlalu sering keluyuran keluar malam sampai jauh malam hingga lupa belajar. Ingatlah kau itu anak sekolahan yang mesti belajar. Belajar dan belajar! Sadari itu anakku. Dan juga pesan ibumu satu lagi, jangan lupa untuk mensyukuri apa yang telah kamu peroleh. Bersyukurlah disaat saat orang lain tak mampu mengenyam pendidikan, ternyata engkau telah mampu menikmati itu, Sarana dengan mudah kamu peroleh untuk mencapai gerbang cita-citamu nan luhur itu. Semenatara coba tengok orang yang tak mampu, tak punya duit dan hidup orang tuanya serba pas-pasan. Lihatlah. Engkau masih jauh lebih beruntung, nak. Sangat beruntung. Demikian beruntung. Merasalah engkau sebagai anak yang beruntung mampu menikmati semua itu. Jadi tetap kamu bersyukur nak. Panjatkan doa pada Tuhan, ucapkan terimakasih dan minta petunjuk untuk hal-hal yang baik dalam hidupmu.Sekali lagi nak ibu katakan semua ini, diharimu yang sangat special sebagai wujud kasih sayang dan kecintaan ibu padamu dengan tanpa mengabaikan rasa kasih sayang ibumu pada saudara-saudaramu yang lain, ketahuilah nak bahwa………….”
Dan anaknya yang diketahui ternyata benar-benar telah berusia 16 tahun kedapatan tertidur pulas.
Sang ibu bengong mengetahui semua itu, entah sedari tadi tidur atau sedari tadi dia ngoceh dengan pesannya yang cukup panjang persis menyerupai sebuah cerita, atau memang dia benar-benar hanya sedang bercerita tentang sebuah pesan pada anaknya yang sedang tidur ataukah barangkali ceritanya tentang pesan yang dia sampaikan telah membuat anaknya tidur, entahlah……
“Selamat ulang tahun, nak,” dikecupnya kening anak itu. Dipeluknya erat-erat serasa masih memeluk remaja yang masih dirasakan kanak-kanak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar