Selamat Datang di Ruang Pajang Cipta Karya Sastra (Puisi, Cerpen, Drama, Artikel, dan Catatan Budaya) =============================================================================

Kamis, 06 Oktober 2011

Novelet : AKU BUKAN PELACUR (8)

Dan pada rangkaian acara safari, dihadapan para pendukung partai : Wina turut ambil bagian dengan meliuk-liukan badan di panggung ikut berjoged berbaur diantara para artis ibukota lainnya. Ya, mirip artis-lah untuk ikut nebeng numpang beken. Namun diantara mereka semua ternyata Wina yang terlihat paling menonjol. Wina memang memiliki tubuh yang sangat bagus. Indah dipandang. Siapapun akan suka melihat senyumnya. Tanpa dia sadari pak Wijaya-pun diam-diam memperhatikan dia secara terus menerus. Sungguh suatu pemandangan yang menyegarkan. Wina tahu kalau dirinya menjadi pusat perhatian lelaki itu. Apalagi tubuhnya memang mampu menyulap laki-laki jadi linglung.
Pada sesi acara lain dia dan beberapa teman-teman sesama wanita di organisasi harus berdandan yang rapi, memperkenalkan gaun khas daerah hanya untuk berdiri berjejer di depan pintu sebagai penerima tamu undangan. Itu sudah bagian dari kegiatan. Dalam bersijajar diantara teman-teman gadis lainnya, tetap dia yang paling menonjol. Mudah dikenal dari gerak-geriknya yang santun. Beberapa pejabat terkadang mencuri-curi pandang. Temannya yang jahil malah diam-diam ambil close-up wajahnya. Ada beberapa pejabat yang iseng nanya. Beberapa yang diam-diam mengetahui sesuatu membisikan. Lalu memandang pak Wijaya yang berdiri di kejauhan. Dan mereka berhenti menggoda Wina sambil menjaga sikap. Segan mengambil kesimpulan. Ketakutan dalam ketahuan. Ketahuan kalau ternyata diam diam ada yang memiliki.
Ah, Wina termangu-mangu tak berdaya. Ketakberdayaan seorang wanita yang tidak memiliki hak untuk memilih. Tidak menentukan hak hidupnya. Kalaupun lebih dihadapkan pada persoalan emosional dan ketegangan bathin, maka juga makin bermuatan persoalan-persoalan KDRT nantinya yang jelas-jelas menjerumuskan kaumnya sendiri. Ah..!! Keberuntungan apa lagi selanjutnya yang menghadang di depan mata? Wina menatap mata lelaki itu. Matanya berusaha mencari. Kalau hanya berduaan dengan lelaki di sebuah kamar hotel dan berakhir di atas tempat tidur, bukan keberuntungan namanya. Bukan! Ini namanya bencana. Ya, lebih tepat kalau Wina berkata: Peristiwa apa lagi yang selanjutnya bakal menghadang di depan mata? Sekali lagi di tatapnya mata lelaki itu.
(nyambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar