Selamat Datang di Ruang Pajang Cipta Karya Sastra (Puisi, Cerpen, Drama, Artikel, dan Catatan Budaya) =============================================================================

Kamis, 18 November 2010

Novel : SENGGEGER KECIAL KUNING JARAN GUYANG ( 11 )

Mbak Widia memiliki pehatian yang sangat besar menyangkut hidupnya yang dilanda kemelut. Ia begitu kasihan melihat apa yang tengah menimpa dirinya. Indranya yang ke enam memang agak tajam mengamati apa yang sedang dialaminya. Mbak Widia masih berdarah bangsawan keturunan brahmana. Orang pertama yang mengatakan dirinya kena pelet, tidak dia percayai sama sekali. Rina sudah tidak mempercayai kata-kata suaminya sendiri. Entah kenapa bisa begitu. Begitu hebatnya pengaruh haji Saidi dalam senggegernya hingga sangat kuat mempengaruhi hidupnya untuk melupakan suaminya sendiri.
Ketika mbak Widia mengatakan hal yang sama persis seperti apa yang pernah dikatakan suaminya tentang senggeger, ada sedikit dorongan yang muncul dari dalam dirinya sendiri untuk mencari penyembuhan. Rina ingat satu tempat yang pernah ditunjukkan seseorang tentang sebuah ashram di daerah Karangasem, Bali. Rina mengemukakan itu kepada temannya. Ada niat untuk mengunjungi tempat itu. Namun rencana itu dia undurkan berhubung masih menunggu persalinan adik iparnya yang menjadi tanggung jawabnya mengenai pembiayaan. Setelah itu mungkin rencananya akan merayakan hari ulang tahunnya haji Saidi, karena Rina diharapkan untuk hadir menemani harinya yang sangat spesial. Namun dorongan mbak Widia lebih kuat memaksakan dirinya untuk bergegas melakukan pengobatan.
”Jangan menunda waktu lagi, mbak Rin” itu kata-katanya mbak Widia yang tidak mau dibantah.
Rina akhirnya mengikuti saran temannya setelah beberapa hari kemudian keponakannya lahir. Lepas sudah satu beban tanggung jawab dalam hidupnya. Pertama-tama ia disarankan untuk membersihkan diri ke pantai sebelum melakukan perjalanan ke ashram yang dimaksud. Tidak ingat betul apakah ini saran mbak Widia ataukah dorongan dari dalam dirinya sendiri untuk melakukan pembersihan diri ke pantai.

Selasa, 16 November 2010

Prosa liris: ROMANSA SAHIDI (29)

Artinya matanya sulit ditebak apa makna dan apa maunya.
Namun kalau melihat bokong wanita, matanya berbinar.
Bercahaya.
Terang benderang.
Berkilau.
Berkilat laksana belati yang siap menikam mangsa.
Senior itu panggilan khas yang diberikan teman-temannya untuk istilah singkatan ‘senang istri orang’.
Salah satu bentuk sapaan yang halus terkesan memberi rasa hormat namun dibalik itu sesungguhnya mengejek prilaku Saidi yang bermoral bejat dengan menggauli istri-istri temannya sendiri.
Demikian kata-kata tetangganya yang sudah tidak simpati melihat gaya-cara hidupnya yang tidak mencerminkan seorang guru atau sebagai tenaga pendidik.
Dan sangat memalukan kalau hal itu sampai terdengar oleh ustazd maupun ustazah yang sering datang ke rumahnya mengetahui apa yang dilakukan secara diam-diam oleh Sahidi, atau paling tidak mengetahui cara-cara tindakannya yang tak terpuji dengan merengut kehormatan rumah tangga temannya sendiri.
Gila betul.
Betul-betul gila.
Sahidi memang gila.
Ada orang yang gila kekuasaan, ada yang gila duit, ada yang gila kehormatan, ada yang gila judi, ada yang gila minum minuman keras beralkohol terkadang hingga klimaks bermuara di awang-awang mabuk.
Mabuk kepayang.
Mengawang!
Di kedalaman hati nan rawan.

Minggu, 14 November 2010

ASMARA TIDAK TUMBUH DI JALAN,SAYANG!

Sayang, cinta itu tidak tumbuh di jalan kendati kebanyakan tanpa sengaja bertemu tatap untuk saling jatuh cinta
karena cinta ketika berada di tengah kebisingan jalan dalam deru derap jalanan gilasan roda-roda cidomo sepanjang jalanan yang penuh tahi tahi kuda
: adalah cinta yang menggelitik
begitulah cinta kita sayang, manakala dompetku kosong melompong yang tak akan jelas merawat kasih sayang ini hanya dalam kiasan kata kata kosong
itu bohong, sayang!
sayang, ternyata cinta ini tidak tumbuh di jalan yang juga kebanyakan sengaja dipertemukan di setiap suasana hati yang menyenangkan
dan kutahu saat itu dompetku lagi penuh terisi usai gajian
tapi sayang, cinta ini mungkin perlahan terpendar lamur, kabur dan nyungsep di selokan manakala melewati pelaminan perjalanan panjang setiap hitungan cicilan akhir bulan kita : tekor!
Sayang, cinta itu tidak tumbuh di jalan, pada setiap cerita kita pungut sebagai pernak-pernik yang akan kita kalungkan pada atap rumah kita yang bocor termakan cahaya panas dan hujan
jikalau engkau ketemu kasih sayang di jalan yang menjanjikan janganlah percaya, sebab merekalah yang menjajakan kekecewaan tersembunyi

Sabtu, 13 November 2010

Prosa liris: ROMANSA SAHIDI (26)

Biarlah agama membawa kebenarannya sendiri-sendiri.
Nanti ada waktunya tobat kok!
Penari-penari gemulai yang rata-rata bugil semua memperlihatkan segala kerahasiaan tubuhnya yang seharusnya disembunyikan.
Buah dadanya yang disukai Sahidi.
Bokong indahnya, itu juga kesukaan Sahidi.
Terpejam-pejam ia menyaksikan.
Terpejam-pejam ia dikuliti maksiat.
Berkali-kali terpejam.
Mengingat usianya yang berlebih, napsu gede tenaga geloyor.
Geloyor-geloyor dalam napsu tumpang-tindih.
Antara napas dan tubuhnya yang saling menindih.
Susah dibedakan!
Mana yang menindih.
Mana yang ditindih.
Yang mudah diingat hanya matanya yang memejam rasa merasakan persentuhan.
Yang masih mudah diingat pula bahwa di usianya yang mendekati bau tanah itu, dia masih belum mati dalam bersetubuh.
Ahaai?
Mati bersetubuh?
Pernahkah terbayang seorang lelaki tua menyetubuhi wanita muda yang kedapatan mati kaku dalam pencapaian puncak pelampiasan total?
Geli dan sangat menggelitik
Maka tanpa sengaja: dengan bantuan jin, dengan dorongan setan-setan segala roh-roh yang dihidupi dukunnya ikut juga pada akhirnya memberi kesaksian.

Jumat, 12 November 2010

Prosa liris: ROMANSA SAHIDI (25)

Stempel dibuat palsu dan proposal copy-paste serta pengajuan dana tidak tanggung-tanggung, manakala terjadi audit arsipnya semua berantakan.
Nikmat nian hidup ini dibawah kendali rekan rekan kita semacam Sahidi.
Dan Hooooplaaaa, besok urusan dinas menyangkut formalitas pendidikan, tinggal main mata aja. Patgulipat. Sim - Sa-la-bim…….abrakadabra!
Yang penting sama-sama mengerti dan kantong tetap berada pada posisi aman. Urusan Pemeriksaan, KPK, itu hanya soal nanti aja.
Semua juga korupsi dengan cara halal sepanjang masih pintar-pintar menutupi, sepanjang masih belum ketahuan untuk diciduk di sel tahanan.
Ah, kalau dipikir-pikir ini khan hanya soal dana kecil. 100 juta. 200 juta.
Itu ya masih kecil.
Kecil-lah untuk ukuran PKBM macam begini dibanding kerja provonsi yang mencari nilai ganjil genap pembahasan KUA-PPAS.
Wow, kalau yang ini jangan terlalu memasuki wilayahnya.
Janglah terlalu jauh membahas atau lebih-lebih beraninya lagi mengomentari jalur pola distribusi sebuah anggaran.
Itu periuknya eksekutif.
Kita cukup membahas priuk kita di lembaga.
Periuk kita di PKBM itu enaknya harus bagaimana.
Kalau dana ngelontor siapa-siapa saja nama-nama yang dibagikan di jajaran yang ikut memberi andil peran cairnya kehidupan ini. Nah…….. itu dia!
Ngeri!
Ngeriiiiiiiiiiiiiii…..mak!
Ini kalau mendekati positip ganjil adalah gaya zamba bermain taktik yang indah.
Soal pembenaran agama?
Biarlah agama membawa kebenarannya sendiri-sendiri.

Prosa liris: ROMANSA SAHIDI (24)

Dan khususnya kalangan pejabat-pejabat dinas pendidikan tempatnya mengadu untung dan mencari peruntungan nasib hidup, yang dikenal Sahidi selain hal-hal pemberian di atas salah satunya juga ada jamuan.
Gathering yang khusus disertai wanita-wanitanya yang sexy.
Gathering yang di follow-up lewat ticket perjalanan dinas, atau kalau tidak perlu ticket karena sudah ditanggung dinas maka, sangu bekal buat belanja jalan-jalan ke luar kota saja-pun itu cukup.
Gathering dalam kepuasan bathin dengan memberi sebuah gimmick berupa laptop.
Yang namanya disuguhkan barang jenis demikian pejabat mana yang tak akan ngiler.
Di jaman zig-zag negeri kaliyuga justru kekolotan akan tumpang tindih dalam kiasan definisi yang sok munafik.
Menampik di depan tapi dibukakan pintu samping rumah, Sttttt! Jangan sampai ketahuan, ini buat kelangsungan hidup kita.
Buat kelangsungan lembaga yang kita bina.
Buat kelangsungan PKBM yang lagi ngalir-ngalirnya dana atas nama masyarakat.
Buat kelangsungan binaan keaksaraan fungsional yang memberikan jamur bagi pertumbuhan rongga lambung hijau pejabat terkait hingga memberikan rasa empuk hingga para kroni yang saru-saru lapar.
Saru lapar itu ceritanya begini : salah satu cara untuk membedakan mana aksi fiksi dan mana yang kenyang beneran.
Kalau yang beneran kenyang logikanya segala kegitan komplit, dari pengajuan rencana kerja selembar bahkan berlembar-lembar proposal.
Tandatangan jelas.
Stempel-pun jelas.
Nah, kalau yang namanya fiksi itu memang benar-benar serakah.

Paparikan : DG. Kumarsana GEK ANOM NGIGEL

Seledet lan kisel ngawetuang tiang wirama
ngedil ngujarang bebai
wewangian sane ngelumurin sang pengawak
kuning langsat
ngelawanin kitip uyang makadi munyin musike : queen, deep purple
utawi mabanyolan ngakahin pajumu music dance
tusing!, kupinge enu tawah ningehang munyin gong
bruag-bruag nyalukin keneh lantang nyerit nujuhin gamelan
mrungusang bungan sandate buka ilegan sang bungan natah
alum dadi panglila cita lan ngae angob
ngulangunin limane
buka masanggul ane labuh sekabesik di natah wantilane
nganteg lebuh merajane agung
matembang bungan natah
dadi ngigelang bulan sakewala eda nyancang matane
baan igelan api ulian petekan matanai
ngigel, ngancan ngigel duh kuning langsat
nebekin tresna malawat semaya sunar saha asledetan : runtag bayun tiange
ajer manis buka ngusudin keneh
nyeledet nembangin wirama ane pacang likad baan lenga
duh, iluh maumah di gumi pangipian
gelayah-gelayah abet tiange;
nebarang miik-miikan sig galang semeng: mabo jatiraga magpag warsa mani wekas
katebenan nugtug uyang-nrugtug tangkahe, nganti keles kenehe
sekabesik

Paparikan :DG. Kumarsana ANGEN SESAPI IV

Mula taen ngenehang lawat sesapi joh ngindap
dulengek natakin langit natakin lintang tan masunar
awinan pajalan sadina-dina ngawetuang tuuh, ampehang semara
ngentungin gatra tan katampi, tampiasang jengah
katampes lek ngidkid
nyulurang baneh masuluh ngengkebin tatujon
mula dinane ene sane jail
nyumunin lan mabuaka natakin galahe telah maganti
baan angen
tareke taen lawatne sesapi matinggah nekepin keneh
sig carang kayu ane wayah
sajaba lung!

Ngenyor nekol di duur bungan bokne
lantang magambahan
ngulungin lawat
sig duur natah
natakin keneh

kene te iraga ngantiang kliaban kampidne
sig bucun gumi nyedsed maganti
busan busan ngelepak mutbutin tresna
nyaruang saru tekening demen
tresna asih : (nyen kone luh masujen maanting-anting?)

masan nadi natahe
ngaliwat
sesapi makeber mesbes langit

MAJALAH KIDUNG……MAJALAH KIDUNG ( BARU SAYA TAHU)

Majalah Kidung adalah Majalah Seni dan Budaya yang diterbitkan Dewan Kesenian Jawa Timur. Redaksi mengundang kawan-kawan penulis untuk mengisi rubrik yang tersedia. Naskah dikirim dalam bentuk file dokumen ke: **sekretariat Dewan Kesenian Jawa Timur Jl. Wisata Menanggal Surabaya 60234 (Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jatim) atau melalui email:majalahkidung@yahoo.com. Pengiriman naskah disertai biodata...
Kata Kunci : dewan kesenian jawa timur, majalah kidung

Novel : SENGGEGER KECIAL KUNING JARAN GUYANG ( 10 )

”Pulanglah dik, nanti aku jemput. Ayu sedang sakit, sekarang sedang opname di rumah sakit. Tengoklah dia. Dia mengiggau dan sangat merindukan kehadiranmu,” sekali lagi laki-laki itu memohon dengan memperalat pikiran Rina melalui anaknya Ayu yang diketahui hubungannya sangat dekat dengannya. Selalu saja Ayu dimanfaatkan sebagai senjata untuk melemahkan pertahanan Rina yang rapuh. Karena gadis kecil itu demikian akrab dengannya sewaktu dia masih dalam pengaruh senggeger. Dan berulang kali lelaki itu selalu menyebut-nyebut nama anaknya yang ke dua.
Rina mengernyitkan alisnya yang berbentuk indah. Bak burung camar melintas. Lama-lama kesal dengan kecengengan ini. Telinganya jadi gatal oleh celoteh haji Saidi yang memuakkan.
”Ayu? Hmmm... apa hubungannya denganku. Mamanya ’kan masih ada? Ada yang lebih berhak mengurus hidupnya. Bukan aku?! Aku juga punya anak yang selama ini telah kutelantarkan kebahagiaannya. Aku lebih berhak buat anak-anakku. Urus sendiri anakmu pak haji!” desis Rina tajam memberi jarak.
Ketika sudah mulai suntuk dalam aktifitas ashram, pernah nama anak itu disebut-sebut. Dalam masa transisi proses pengobatan sedang berlangsung, terlebih di tempat yang terisolir ini sempat Rina terpengaruh dan menghubungi mbak Widia, menyarankan temannya untuk mewakili menengok anak itu. Kata haji Saidi anaknya lagi opname di rumah sakit. Entah ini cerita sungguhan atau hanya rekayasanya orang itu.
” Hati-hati gek. Biasanya orang yang berperawakan pendek itu banyak akalnya. Bli perhatikan sekilas matanya seperti menyembunyikan kelicikan.” Pernah Rina diingatkan dengan kata-kata demikian oleh suaminya.
Mbak Widia ini adalah tetangga dekatnya yang sama-sama satu profesi sebagai pengusaha salon dan juga bergerak dalam kegiatan lembaga pelatihan kursus kecantikan, seperti yang dia kerjakan. Mbak Widia inilah orang ke dua setelah suaminya mengatakan hal yang sama mengenai kejadian yang menimpa dirinya.

Paparikan :DG. Kumarsana ANGEN SESAPI III

Sakewala sesapine magpag angen
nadiang ilik langite malawat tresna
andap gati kenehe

sakewala sesapine enu magpag angen
ngindang ngejohin pengawakan, makeber ngentasin dedet
sang penapakan :
maboros sunia
kaboros baan inguh

lan sesapi makeber tegeh nebekin langit
nebekin tresna
ngalayutin lintang
maglayut
negul purnamaning ning ning
ngurung masunar galang
sig keneh

Paparikan : DG. Kumarsana ANGEN SESAPI II

Sakewala nyesed sabilang dina matemu
suba dadi nabdabin deweke nyaruang liang
ngapak-apak ngerajah inguh paling
mula ulian sebet mengkeb di lawat bayune
nengil
ngulgul kasunia ning dedet

angen ne angen, nyen ngakuin, nyen ngelah
lamun sabilang ngenah sinah runtag
ngelemesin sang sesapi uli pitehan
sebet
ngudiang angen nengil tan kaucap
wainan matemu ngancan ngamatiang keneh
; sekabesik sesapi nyandang ilang
magpagin langit
ngulungin lawat, magpag ujan

luh, sesapine ene nyen ane ngelahang
kadirasa maboros
baan lilih:
tareke buka keto, luh?

Kamis, 11 November 2010

paparikan: DG. Kumarsana ANGEN SESAPI I

Mirib nu sangsaya sayan kebiat-kebiat lintange
ngerajah gulungan ombake tegeh nyejehin
ngentas ring geliapan matan luhe, ngancan saru
tan maguna
sig dalem daken tengah pasihe
ane encen kone madan daken
sabilang celepin kenehe konyangan bek

magpag matan luhe ngurukang keneh bawak
bawak pisan!
keto luh ngegolang keneh, ngeca semaya
kadirasa kapupungan, naduanin ngeraksa keneh
sakewala bucun matan luhe nyaruang kendel

kadakep baan sebet ngitungang keneh
lintange akit sig langit, liu mapasangan
kaboros bulan masunaran ngutang samaya kingking
”nak mula tresna matane ngenehang”
ngancan buduh metekin warsa majalan
yen sunia mapunduh kal engkebang : luh jegeg
sig duur sunia langite
galang

Rabu, 10 November 2010

Prosa liris: ROMANSA SAHIDI (23)

Kasihan nian kalau hal itu sampai terdengar semua tetangganya yang sekarang rata-rata sudah mulai tidak peduli terhadap keadaan.
Ada beberapa tetangga kampung sebelah malah mendoakan dia segera mati.
Ada yang berkata begini : ntar kalau Sahidi di rampok, apalagi perampoknya disertai dengan cara kekerasan, dengan cara-cara keji bahkan penuh gaya sadisme, apalagi sampai dibunuh, maka biarlah dia mati oleh para perampok itu.
Karena kematiannya mewakili rasa sakit hatiku padanya.
Hmmm, sakit hati yang bagaimana?
Memang kamu pernah dibuat sakit hatinya olehnya?
Memang kamu pernah dizolimi olehnya?
Memang kamu pernah dibuat penasaran olehnya?
Memang kamu pernah diperkosa olehnya?
Apamu yang diperkosa?
Hak-hak kamu ataukah keperawananmu?
Jangan-jangan kamu sudah tidak perawan lagi ketika diperkosa.
Jangan-jangan kamu tidak punya hak dalam hidup, sehingga hakmu bukan diperkosa, malah diiklaskan. Ah!??
Kalau memang tidak pernah, kenapa engkau berharap sekali bahkan sangat menginginkan dia mati?
Aaaaaah………!!!???
Ada yang benci dirinya, ada yang sayang dirinya.
Yang benci adalah beberapa diantaranya yang terlibat masalah dengannya, sementara yang sayang adalah yang sering menerima duit darinya.
Pokoknya segala macam pemberian–pemberian yang berhargalah, seperti dipinjamkan mobil oleh Sahidi, ditraktir makan.

Novel : SENGGEGER KECIAL KUNING JARAN GUYANG ( 9 )

Rina yakin lelaki itu tidak mampu mencerna tiga keinginan yang dia ungkapkan. Semudah itukah haji Saidi membalikkan kata-katanya sendiri? Padahal barusan lelaki itu menceritakan tentang kejelekan istrinya sendiri. Barusan dia meminta saran padanya bagaimana caranya untuk mengenyahkan istrinya yang dianggap selalu menjengkelkan. Lelaki itu menanyakan, entah merupakan pertanyaan pancingan dengan mengatakan dimana bisa di tunjukkan orang pintar. Haji Saidi ingin membunuh istrinya sendiri.
”Kalau bisa saya ingin memberikan racun dalam makanannya, dik. Biar langsung meninggal.” Itu kata-kata yang dia keluarkan barusan. Oh, sadis sekali! Dan sekarang semudah itu dia mengatakan untuk menyanggupi tiga hal yang Rina inginkan. Akankah seseorang yang punya rencana jahat ingin membunuh istrinya sendiri secara tiba-tiba pada wanita lain berkata berbeda untuk menyanggupi menyayangi, menghargai apalagi akan melindungi?
”Itu sih sangat mudah sekali, dik” lagi dia dengar suara lelaki itu.
”Mudah? Bukankah barusan pak haji mengatakan padaku merencanakan akan membunuh istri pak haji sendiri?” Rina membalikkan ucapan laki-laki itu.
Tak terdengar suara di seberang. Barangkali kaget mendengar ucapan Rina yang tiba-tiba datangnya. Menghujam bagaikan belati.
”Seandainya nanti aku harus memilih pak haji sebagai suami, terus kalau pak haji sudah bosan, aku yakin pak haji akan memperlakukan hal yang sama seperti istri-istri pak haji sebelumnya. Kamu pasti akan membunuhku juga ’kan? ”
”Ah, tidak mungkin itu dik” Suara lelaki itu terdengar kacau.
”Aku berada di sini atas kehendakku. Biarkan aku menemukan jati diriku di sini sebelum menentukan pilihan, mana orang-orang yang bisa dipercaya. Untuk saat ini aku tidak bisa mempercayai siapa-siapa. Suami sendiripun belum bisa aku percaya. Entah siapa yang benar dalam hal ini, aku belum tahu. Aku belum siap untuk kembali sebelum mengetahui siapa sesungguhnya yang bisa aku percaya!”

Prosa liris: ROMANSA SAHIDI (22)

Sahidi oh Sahidi, lelaki penganut setan yang rabun dalam kebenaran moral, itu kata sang tokoh agama yang masih ingat akan Tuhannya.
Tapi pengadilan agama mampu dia beli dalam akta siri lewat kompensasi mata uang.
Entah ajaran sesat sesaat yang alpa dari ingatannya yang juga mulai rabun akan ketakwaannya selaku penganut agama.
Namun setan memujanya dengan kata-kata manis.
Jadilah ia pemuja setan.
Engkau atheis yang penuh humor, nak; begitu kata-kata yang terlontar.
Itu pula salah satu penyebab terjadinya perpisahan Sahidi dengan istrinya manakala setiap pagi istrinya sibuk sholat duha, telinga lelaki itu bagai tersengat ribuan tawon mendengar lapat-lapat lafaz yang keluar dari ruangan sholat yang keluar melewati biliknya.
Terkadang manakala kalau mendengar Sahatun ngaji selepas sholat magrhib, Sahidi pasti ngamuk seolah tidak senang mendengar istrinya dzikir.
Allahuakbar……Allahuakbar…Allahuakbar…. demikain berulang-ulang hingga tiga puluh satu lafaz
Subhanallah…….Subhanallah….Subhanallah…..demikian berulang-ulang hingga tiga puluh satu lafaz.
Laillahaillahallah….Laillahaillallah…Laillahaillallah….demikian berulang-ulang hingga tiga puluh satu lafaz
Suara-suara yang keluar dari istrinya saat mengaji terasa bagai hujaman belati di hatinya yang kusam berbalut setan.
Jelas sudah hawa setan dari pengaruh senggeger telah menguasai hidup Sahidi, hingga menjadi lupa Tuhannya.
Kasihan nian kalau hal itu sampai terdengar mertuanya.
Kasihan nian kalau hal itu sampai terdengar anak-anaknya.

Prosa liris: ROMANSA SAHIDI (21)

Apakah wanita yang telah mampu dia raih.
Bisa jadi.
Bisa jadi wanita yang sekarang mampu dibuatnya hamil dan ternyata ada yang tersentak kaget, ialah mantan suaminya dari wanita yang direngut Sahidi.
Lelaki itu bernama Amsiah, Oh, bukan. Amdal Wow, salah atau barangkali Nurman? Tidak. Tidak!!!
Mantan suami wanita yang kini dalam rengkuhan Sahidi ternyata bernama si Anu, yang belakangan orang-orang mengenal sebagai si linglung atau yang terjadi perubahan karena pergeseran jiwa di luar dugaan, di luar kehendak yang status kekeluargaannya terhapus begitu saja dalam sebuah album akta nikah yang kena wabah ‘delete’
Sahidi oh Sahidi, lelaki,licik cilik yang kuat dalam temperamen bercinta.
Licik-cilik, cilik yang licik menyeringai
Sahidi oh Sahidi, lelaki yang berstatus guru memalukan.
Mempermalukan diri sebagai seorang guru yang sebetulnya adalah sebagai sang pemberi tauladan bagi para siswa-siswanya.
Begitu seharusnya.
Seharusnya memang begitu!
Sahidi oh Sahidi,lelaki yang berkemas kembali menjadi seorang calon ayah dari istri yang dia curi di sebuah rumah tangga yang sudah ranum dalam kebahagiaan.
Sehingga membuat kebahagiaan keluarga yang lain pupus layu.
Pupus mendayu-dayu.
Kasihan, sungguh kasihan.
Maksudnya kasihan anak-anak wanita itu walau tak pantas di sebut sebagai status mantan anak. Memang tidak ada mantan anak kalau berdebat dalam kacamata perceraian.
Yang pantas barangkali mantan ibu dari sebutan anaknya yang ditinggal kawin paksa dalam kebejatan moral serta kenikmatan sesaat dalam merengut kasih sayang tak jelas tapal batasnya.

Selasa, 09 November 2010

Novel : SENGGEGER KECIAL KUNING JARAN GUYANG ( 8 )

”Ayolah! Ikut aku dik. Segalanya akan kuberikan padamu” Haji Saidi memelas melepas janji setengah menangis penuh harap. Lelaki yang miskin kasih sayang. Lelaki yang kekurangan cinta. Lelaki yang sempurna dengan kerapuhannya.
”Terus kalau seandainya Aku harus memilih pak haji, apa yang akan kamu berikan padaku?” Rina memancing.
”Apa yang adik mau? Harta berupa rumah? tanah? Uang? Semuanya akan aku berikan.” Suara itu menjawab cepat.
Rina tersenyum sinis.
”Aku tidak minta itu!”
”Terus apa yang adik mau?”
”Aku hanya minta tiga hal. Apakah pak haji sanggup menyayangi, melindungi dan menghargaiku?”
”Oooo, kalau hanya itu yang adik minta mudah. Gampang itu. Sangat mudah ” suara yang terdengar di seberang demikian ringannya. Semakin membuat Rina tersenyum sinis. Lebih sinis dari biasanya kalau terlihat di hadapan lelaki itu. Tiga permintaannya itu dianggap mudah? Semudah apa? Inilah laki-laki yang terlalu gampang mengumbar janji. Rina tidak percaya kata-kata lelaki itu.
”Tidak mudah lho pak haji. Ini lebih berat dari harta berupa rumah, tanah ataupun uang yang kamu janjikan. Rina tidak yakin itu.”
”Kenapa?”
”Karena tiga permintaan yang aku ajukan itu sesungguhnya sangat susah untuk dilakukan. Tidak semudah menggeluarkan kata-kata.”
Terdengar suara mendehem. Suara yang biasa dia kenal. Tanpa makna sama sekali. Entah lagi berusaha menjampi-jampi. Seperti yang biasa dilakukan padanya sewaktu masih di bawah pengaruh ilmu itu.

Novel :

PUSTAKA EKSPRESI (menjelang HUT ke-3) ANTOLOGI PELANGI

SEBAGAI salah satu penerbit yang merambah para penulis-penulis baik lokal di Bali maupun luar Bali dalam jelang HUTnya yang ke-3 terkait juga dengan HUT Tabanan lagi-lagi ikut aktif memancing greget para penulis2 dengan menerbitkan antologi PUISI TABANAN.
Dalam TIGA TAHUN ekspresi berjalan selain secara rutin telah menerbitkan EKSPRESI MAGAZINE yang secara berkala hampir setiap bulan hadir di hadapan sidang pembaca, juga telah menerbitkan sekitar DELAPAN buah buku karya-karya penulis diantaranya:
• BIKUL (cerpen berbahasa bali karya MADE SUGIANTO)
• JENGGOT KAMBING (karya IGP BAWA SAMAR GANTANG)
• JANGKRIK MAENCI (karya IGP BAWA SAMAR GANTANG)
• ISTRIKU DAN SENGGEGER (karya DG KUMARSANA)
• KOMEDI BIROKRAT (karya DG KUMARSANA)
• KETIKA PENYAIR BERNYANYI (karya NGURAH PARSUA)
• SANDIWARA BULAN SABIT (karya WAYAN ARTHAWA)
• SEGARA ANAK (karya SINDUPUTRA SUGABADI)
Dan rentang waktu dalam peringatan HUT kota pelangi Tabanan PUSTAKA EKSPRESI lagi-lagi tidak pernah ketinggalan akan menerbitkan ANTOLOGI PUISI TABANAN


Rekan-rekan penulis SE-MANCANEGARA ayo serbu ESKPRESI DAN IKUT UNJUK KREATIFITAS.

E-mail.
Pustaka Ekspresi :expresikansaja@yahoo.com
Made Sugianto : madesugianto@gmail.com
Gusti Putu Bawa Samar Gantang : samargantang@gmail.com
Call: 081338722483

KARYA CIPTAKU: ASMARA TAK SEKADAR OBSERVASI : menatapmu, membayan...

KARYA CIPTAKU: ASMARA TAK SEKADAR OBSERVASI : menatapmu, membayan...: "Asmaramu adalah asmara jajan kelepon asmaraku adalah asmara keju kendati kelepon tidak dibuat dari singkong, karena kamu: aku jadi doyan ja..."

ASMARA TAK SEKADAR OBSERVASI : menatapmu, membayangkan gula kelepon yang yang muncrat di bibirmu

Asmaramu adalah asmara jajan kelepon
asmaraku adalah asmara keju
kendati kelepon tidak dibuat dari singkong, karena kamu: aku jadi doyan jajan kelepon
cintaku mangkrak di tepi trotoar jalan pagi hari yang menyingsing
matahari belum membakar jalanan namun asap knalpot kendaraan banyak lengket di aspal
dan engkau menutup hidung, bukan karena asap-asap knalpot yang berkerak
tapi kaget manakala kecipratan gula jajan kelepon yang muncrat di matamu
Lalu sama-sama bimbang ketika gula yang mengalir dari rinai kornea keleponmu berubah menjadi air mata
Engkau tidak menangis dalam kesedihan gula pemanis yang tiba-tiba habis terisap waktu
karena aku lebih memilih cara menebak asmara dalam kebisingan kota
dan engkau tidak suka itu
mari kita pilih-bilik tersendiri lewat bilik hati yang sulit mengungkap rahasia
engkau sungguh rahasia
hatimu kerahasiaan yang dalam penuh teka-teki

Sambil menguliti sisa-sisa jajan kelepon, engkau bergumam:
cinta tidak tumbuh di tengah kebisingan
apalagi dalam hingar kota yang semrawut
walau cinta tak pernah mati, marilah kita coba menepi dalam kegairahan hening hati yang dalam
tapi bukan buat coba-coba, sayang!

Asmara bukan sebuah percobaan
bukan kalkulasi angka
ataupun membangun prasangka

Asmara juga bukan teka teki
ramalan kata
ataupun observasi
Cinta adalah sepoi angin asmara yang mengalir pada setiap lembah kedahagaan jiwa yang dalam
walau cinta tidak pernah mati, janganlah kita coba bunuh diri ketika hati tak sampai
Itu tidak baik, sayang!
tidak baik!!
karena engkau tahu:
Cintaku cinta jajan kelepon manakala membayangkan engkau mengalirkan pemanis lewat gulanya nan penuh memikat sukma

Hingga kini sukmaku lengket di urat-urat jajan kelepon
yang selalu menguliti jiwaku

PUISI PUISI TABANAN- BALI Antologi ‘PELANGI’

Menyambut HUT Kota Tabanan, kami berencana membuat Antologi Puisi yang berisi penyair-penyair yang sekiranya pernah membuat puisi tentang Tabanan atau imajinasi tentang apa pun yang berkaitan dengan Tabanan.

Untuk itu, kami minta sumbangan puisi dari teman-teman tentang Tabanan atau imajinasi yang sekiranya berkaitan dengan hal-hal atau orang yang ada di Tabanan. (kata "Tabanan" tidak terlalu mengikat)

Antologi ini salah satunya sebagai dokumentasi yang akan dibagikan gratis ke sekolah atau lembaga yang berkaitan dengan sastra di Tabanan maupun di luar Tabanan dan tidak untuk dijual.

Puisi dikirim ke email adnyana_ole@yahoo.com paling lambat 12 Nopember 2010. Rencananya antologi diluncurkan 29 Nopember 2010

Naskah dikirim ke:
Pustaka Ekspresi : expresikansaja@yahoo.com
Made Sugianto : madesugianto@gmail.com
Gusti Putu Bawa Samar Gantang : samargantang@gmail.com

MIMPIMU MANIS

Manis, engkau pasti akan malu kalau kuketahui
Diam-diam
Mengintip mimpiku dan menggerayangi setiap lekuk malam
Engkau pasti tertawa geli ketika mengetahui aku
Diam-diam
Menggerayangi mimpimu

Sabtu, 06 November 2010

Novel : SENGGEGER KECIAL KUNING JARAN GUYANG ( 7 )

Dan Rina mengikuti prosesi agni hotra hingga larut malam berlanjut di dalam kamar ashram hingga tersungkur tidur bersama mimpi-mimpi dan harapan-harapannya yang pernah hilang.
Pagi membuka kembali.
Suasana yang diawali oleh dinginnya hawa embun pagi Ashram Ratu Bagus.
Sesungguhnya Rina bukan tidak sengaja terdampar di tempat ini. Tindakannya tidak seenaknya seorang diri pergi begitu saja meninggalkan suami. Meninggalkan anak-anaknya yang masih butuh teman bercanda di kala penat usai melepas segala rutinitas. Meninggalkan rumah selama berhari-hari.
”Aku harus mencari jawaban dari semua kejadian-kejadian yang menimpa hidupku. Disini!” desisnya berulang-ulang, di kala rasa percaya dirinya yang hilang.
Rina merasakan kenyataan hidup masa remaja sebelumnya dan setelah beberapa tahun berumah tangga sangat jauh berbeda. Entah apa yang menyebabkan semua ini terjadi. Rina hanya tersenyum kecut tidak percaya ketika suaminya mengatakan dirinya telah dipelet seseorang. Ah, cerita dari mana itu? Benarkah sampai separah itu? Masak sih Rina kena pelet? Apa benar masih ada yang suka bermain pelet dalam kehidupan yang sudah sangat modern ini?
”Ayolah dik, pulang! Ngapain lama-lama disana? Buang-buang waktu saja. Aku sangat merindukanmu,” berkali-kali lelaki itu menghubunginya lewat ponsel. Lagi-lagi haji Saidi. Suara cengeng laki-laki yang tak tahu malu. Edan! Suka-sukanya dan sangat kurang ajar punya niat tidak baik ingin merebut istri orang. Huh!
”Tidak bisa! Aku disini tidak ada yang memaksa. Siapapun tidak ada yang boleh mengatur hidupku dan mempertanyakan aku harus berada dimana. Semua yang aku lakukan atas kehendakku sendiri. Bukan kehendak siapa-siapa. Pak hajipun tidak berhak lagi mengatur hidupku” Rina menolak dengan kata-kata yang cukup tegas.

PADA PERSIMPANGAN JALAN

Siapa melambai
memanggil manggil gigil meninggalkan cuaca
pada jalan-jalan retak terinjak-injak kudaku
membagi kata
membelenggu dalam nyanyi sunyi
tinggal janji belulang mati, siapa ikut serta nyanyikan lagu kematian?
mengelupas ringkihan kudaku teriakan yang panjang terbang tinggi
membelah langit. Langitku membagi jarak
”dimana asmara membelah dada, matamukah kesunyian hasrat?”
kita membagi-bagi; cinta hanya singgah di kedai kedai kopi cafe-cafe malam, pada terjal bebukitan sebuah drama satu babak, pada tayangan iklan TV, pada sinetron tak jelas, bioskop-bioskop tak beratap,pada stasiun kereta api, terminal-terminal, semua dermaga. buang jauh-jauh ke tengah laut
kesunyian langit
tak berbintang

MIMPIMU MANIS

Manis, engkau pasti akan malu kalau kuketahui
Diam-diam
Mengintip mimpiku dan menggerayangi setiap lekuk malam
Engkau pasti tertawa geli ketika mengetahui aku
Diam-diam
Menggerayangi mimpimu

Prosa liris: ROMANSA SAHIDI (20)

Sebuah adegan terselubung dengan menyimpan gadis-gadis cantik.
Bahkan istri teman pun diembat semau-maunya.
Teman-teman organisasinya banyak, teman-teman ssesama pengajar banyak, jangan tanya para pejabat-pejabat di dinas pendidikan.
Hampir paham benar.
Pada akhirnya setiap bertemu tatap muka dengan sejawat sesama lembaga di jajaran PKBM akan memanggilnya dengat sebutan santun.
Mr. Senior hehehe maksudnya senang istri orang, itu singkatannya lho.
Sahidi guru yang dijuluki sang senior yang senang istri orang. wow? Tidak!
Tapi itu gunjingan diam-diam mengenai dirinya yang sudah tidak malu-malu lagi telah melarikan istri orang bahkan hebatnya sudah hamil dibuatnya secara perlahan-lahan.
Hamil yang diam-diam.
Hamil yang tidak terpaksa, namun dipaksa untuk menjauhkan dari rumah tangga temannya sendiri.
Cara kurang etis dalam menghancurkan rumahtangga orang lain dengan cara demikian licik. Sahidi memang licik, kalau melihat penampilannya yang pendek, tapi oh, lihatlah matanya.
Matanya menyimpan sejuta kelicikan musang.
Mata yang senantiasa memburu.
Itulah bagian lain dari kelicikan di balik statusnya sebagai seorang guru.
Itulah bagian lain dari kelicikannya di balik kedisiplinannya mengatur dalam strateginya meneladani orang-orang di kampungnya.
Semula kitapun berpikir kalau kebanyakan dari kita adalah orang-orang bodoh yang termakan kata-katanya yang manis.
Dia pintar bertutur demikian manisnya, seolah-olah sudah mampu mempengaruhi orang lain, eitttt nanti dulu.
Siapakah yang terkecoh?