Selamat Datang di Ruang Pajang Cipta Karya Sastra (Puisi, Cerpen, Drama, Artikel, dan Catatan Budaya) =============================================================================

Kamis, 12 Agustus 2010

SENGGEGER KECIAL KUNING JARAN GUYANG ( 3 )

yang sebelumnya sangat tidak dia percayai. Salah satu upaya melalui tutuh untuk membangkitkan bio-energi inilah yang membuat kesadarannya perlahan-lahan pulih.

”Tuhan maha bijak. Tuhan maha pengasih. Tuhan adalah dokter jiwa yang membedah pikiranku dari segala pengaruh setan berupa senggeger yang selama ini mendekam dalam otak dan menjalar pada setiap sel demi sel tubuhku. Terimakasih Tuhan. Engkau telah kembalikan hidupku yang pernah hilang, dari segala doa-doa yang seharusnya kupanjatkan buatMu, ya Tuhan. Terimakasih atas berkah ini. Pengaruh senggeger ini sempat membuat aku lupa akan doa yang pernah engkau ajarkan. Jangan beri maaf manusia pecundang yang laknat itu, yang telah membuat hidupku hancur. Hukumlah dia Tuhan. Hukum dia lewat kemaha bengisan yang ada pada malaikatMu....” Rina bersuara lirih melupakan sesak sesaat. Sesak yang lama mengganjal di dada. Akhirnya menangis.
Menangislah ia sejadi-jadinya.
Sekeras-kerasnya.
Setelah puas menangis, kembalilah ia pada sebuah pemahaman bio energi di ashram untuk pendekatan jiwa melalui meditasi.
Proses awal meditasi dengan cara yang sangat simple ini yakni pertama dengan menyebut kata-kata tersebut di atas secara berulang-ulang, bukan semata-mata dengan membaca-baca mantra dan sekaligus untuk belajar fokus dengan bantuan sederhana melihat foto sang Ratu Bagus terpampang besar di tembok. Mula-mula fokus pada foto beliau. Terkadang juga ditambahkan dengan bantuan pengucapan kata-kata ” Ida Betara Lingsir” secara berulang-ulang dengan menggerakkan anggota tubuh seperti tangan sambil belajar olah napas, hirup napas dalam-dalam dikumpulkan di dalam perut di tahan sekuat-kuatnya dengan mengembungkan isi perut. Disaat perut terasa penuh dengan sendirinya pecah ketawa tanpa mampu di tahan, keluar begitu saja.

NEGERI SENGGEGER (1)

Di negeri ini orang orang berkumpul merapal angin
daun daun tak bergerak oleh derai sepoi gadis lugu
orang-orang memahami dosa bahwa kerling godaan sesaat mampu membunuh sepi
membunuh angan-angan yang dijanjikan gemerlap cahaya kota yang konon terlihat benderang dari sudut desa yang pengap dalam tanda tanda
disini aku akan berjalan tanpa kenangan, mampir kemana maunya siapa tahu jumpa hati yang tertinggal sekadar untuk mampir di salah satu bilik hatiku yang masih melompong
tak kubuat kau dengan kata-kata yang selalu dapat menanggalkan mimpimu hingga lupa waktu sampai setiap saat terlena untuk menyebut perjumpaan kita
karena ketika hatimu telah penuh terungkap masih kau sisakan buatku
selama engkau masih menginginkan

di negeri ini senantiasa aku belajar menyihir hati setiap wanita yang melintas
dalam dosa yang lain
hingga daun menghentikan geraknya pada arah angin yang berbeda