Selamat Datang di Ruang Pajang Cipta Karya Sastra (Puisi, Cerpen, Drama, Artikel, dan Catatan Budaya) =============================================================================

Rabu, 05 Oktober 2011

Bagaimana kalai seorang guru kedapatan menyimpan video porno di laptopnya?????

Cerpen : DG Kumarsana

GURUNYA JUGA PORNO

Suasana di halaman sekolah SMK 5 Mentaram yang dianggap favorit itu kini Nampak lenggang. Murid-murid sejak tadi sudah memasuki ruangan kelas, sibuk dengan pelajarannya masing-masing. Sesekali nampak satu atau dua orang guru keluar ruangan kelas. Kemudian tak berapa lama masuk kembali melanjutkan mengajar.
Di sudut ruangan BP3 nampak 3 orang siswa lagi duduk-duduk tidak seperti biasanya, tidak tengah mengikuti pelajaran. Wajahnya sedikit murung. Salah seorang malah Nampak bengong menatap hamparan rumput yang bertebaran di halaman.
“Kalau tidak karena film porno sialan itu tidak mungkin aku akan wajib lapor terus plangak-plongokan wajah di hadapan pak Puji,” gerutu Rahgung kesal. Ruang BP yang menyebalkan. Dan lebih sebal lagi melhat wajah temannya Angga sebagai penyebar virus download negatif mengakibatkan Rahgung mendadak jadi ikut-ikutan kena getahnya. Getahnya ya ini, terpaksa akhirnya harus 3 hari berturut-turut tongkrongin ruang BPnya pak Puji. Mau bilang apa lagi?
Sebelumnya di rumah Rahgung sudah sempat takut-takut menyampaikan kejadian yang menimpa dirinya. Takut menghadapi emosi ayahnya nanti seandainya membaca surat panggilan dengan kasus yang sangat memalukan ini. Di hadapan ibunya, Rahgung sudah berpikir dengan perasaan takut-takut ketika menyodorkan surat panggilan dari sekolahnya itu. Dia bisa membayangkan bagaimana ibunya akan memarahi dirinya dengan tak habis-habis. Dan tak henti-hentinya akan menerima berbagai kata-kata ibunya yang tajam. Setajam pisau belati Oh, Belum lagi membayangkan kemarahan ayahnya yang memiliki temperamen tingkat tinggi. Semua ancaman-ancaman yang menakutkan akan keluar dari mulut ayahnya dengan disertai pukulan demi pukulan. Dia harus siap-siap menghadapi ini. Biasanya yang akan menjadi sasaran pukulan adalah dari bagian kepala, kemudian pipi akan digampar dengan keras. Bahkan kalau sudah kalimat demi kalimat kasarnya kian memuncak biasanya disertai tendangan. Rahgung ngeri menghadapi itu.
“Coba lihat HPnya?” Ayahnya menatap tajam. Rahgung menyerahkan HP blackberry kesayangannya. Perasaan cemas mulai melanda. Rasa takut kalau tiba-tiba HP kesayangannya itu akan di banting ke lantai.
Ternyata tidak. Tidak seperti apa yang menjadi dugaannya semula.
HP itu ternyata tidak dibanting. Wajah Rahgung yang semula tegang jadi agak sedikit tenang begitu mendengar kata-kata ayahnya yang lembut. Dan apalagi ketika ibunya yang secara pelan bertanya padanya meminta penjelasan kronologis kejadiannya. Ayahnya sibuk membuka-buka isi video dalam HPnya. Hanya film rekaman sewaktu terjadi angin puting beliung yang melanda di kawasan tempat tinggalnya beberapa waktu lalu. Film lucu tentang anak-anak dan sedikit rekaman balap-balapan sepeda motor, sebagaimana apa yang menjadi hobby Rahgung selama ini. Sebagaimana jurusan yang dia geluti di sekolah.
“Sebenarnya rahgung hanya duduk-duduk saja di belakang Jefry yang sedari pelajaran berlangsung menunduk aja terus memandangi HPnya. Terus Oki dan nanang yang bangkunya bersebelahan menggeser tempat duduk,” dengan terbata-bata saking takutnya dimarah, Rahgung menceritakan di hadapan orang tuanya.
“Kamu ikutan nonton ndak?”
“Ndak sebetulnya. Hanya terlihat ama Rahgung karena duduknya Jefry persis berada di depan saya. Jadi terlihat apa yang sedang di tonton secara sepintas.” Rahgung menjelaskan.
“Artinya kamu melihat apa yang kamu tonton?”
Rahgung mengangguk.
“Kamu benar-benar melihat?”
“Iya, abis gimana pak. Saya khan duduk di belakang bangku mereka, iya segala gerak-geriknya terlihat. Sebetulnya sih tidak ingin melihat, apalagi guru di depan kelas lagi serius menerangkan mata pelajaran,” Rahgung menjelaskan apa adanya.
Ayah dan ibunya manggut-manggut.
Rahgung sendiri heran atas sikap ayahnya. Tumben! Biasanya ayahnya yang punya temperamen keras dan suka main pukul tanpa ba-bi-bu. Urusan belakang. Pernah ketika Rahgung main ke tetangga belakang, karena telat menjawab sms ayahnya, tanpa banyak cincong mencarinya ke belakang dan tanpa banyak bicara mukanya di gampar dengan keras. Bayangkan di hadapan teman-temanya lagi. Rahgung tak habis pikir sekarang dengan sikap ayahnya yang sudah berubah 180 derajat. Dari temperamental ke arah yang cukup slowdown. Sungguh mengherankan sekaligus membuatnya senang. Terlebih lagi rasa senangnya tidak terlalu berlebihan dia perlihatkan di hadapan teman-temannya di kelas, manakala dia melihat ayahnya sendiri di hadapan matanya secara langsung ngotot membela dirinya habis-habisan di depan guru BP3 mengenai persoalan yang menimpa dirinya tentang film porno. Yang nyata-nyata juga sesungguhnya dia tidak terlibat secara langsung. Lumayan juga perdebatan ayahnya dengan pak Puji, guru BP3 itu.
“Rahgung anak yang baik. Sikapnya polos. Kepolosan sikapnya ini yang kadang-kadang dimanfaatkan teman-temannya. Saya tahu persis gimana anak saya itu,” demikian ayahnya berkata dengan menggebu-gebu. Dan ketika menandatangani surat pernyataan itupun Rahgung lihat sikap ayahnya yang memberi penolakan penuh. Argumen ayahnya memang masuk akal. Penjelasannya sangat logis. Hampir menitik air mata Rahgung melihat cara ayahnya membela dirinya. Terlihat betapa pedulinya dia terhadap kelakukan anaknya. Namun apa mau dikata. Dia berada di tengah tengah pusaran dari kenakalan teman-temannya yang berada pada posisi yang tidak dibenarkan. Apapun alasannya, walau hanya sekadar melihat, secara tidak sengaja sekalipun, itu tetap merupakan sebuah kesalahan. Kendati bisa ditolerir. Rahgung tidak salah namun berada di tempat yang salah dengan posisi yang agak tersudutkan : menonton film porno di kelas. Nah!
Dan wajib lapor itu dengan sangat terpaksa di tandatangani ayahnya. Wajib lapor yang mengharuskan Rahgung selama 3 hari berturut-turut keluar masuk ruangan BP3. Sementara dua orang temannya yang lain kena wajib lapor sebulan, lebih berat hukumannya karena dianggap menyimpan serta mempertontonkan di hadapan teman-teman saat pelajaran tengah berlangsung di kelas.
Diam diam Rahgung bangga pada ayahnya.
Disaat-saat bengong mereka di depan ruang BP, Arjuna mendengar langkah kaki mendekat. Mereka menoleh sekilas. Nampak Pak Ngabdul guru bagian kesiswaan dan Pak Rai guru jurusan seni ukir sambil lalu Rahgung melihat. Fuii, Ngapain lagi guru yang menyebalkan ini mendatanginya.
“Masalah apa dipanggil?” Pak Rai bertanya,matanya menatap Rahgung.
“Ndak ada pak,” Rahgung berusaha menutup-nutupi. Ia paling kesal melihat guru yang satu ini.
“Ah, mana mungkin kalau ndak ada masalah apa-apa harus menghadap ke BP”
“Soal film Porno itu ya? Pasti itu, tak ada lain” Pak Ngabdul seolah tahu kejadian yang sebenarnya
“Mau lihat film porno? Tuh lihat di laptop saya,” Pak Rai seolah berkata sinis pada Rahgung. Teman-temannya pada melongo.
Aneh! Guru yang satu ini malah menyarankan nonton film itu di laptopnya.
“Gila!” desisnya pelan.


Pagesangan, Juni 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar