Selamat Datang di Ruang Pajang Cipta Karya Sastra (Puisi, Cerpen, Drama, Artikel, dan Catatan Budaya) =============================================================================

Selasa, 23 Februari 2010

DARI SUDUT PANDANG SEKOTONG

Sekotong,
nasib selalu ajaib, dari sudut bebukitan terhampar memandang sawah menguning
dataran berbelah berbatas air laut, menatap gili nanggu nan indah
pinggiran pantai menjorok pada hotel berpondasi air mengayun
ada komoditas lepas
bebukitan jadi kelu dirangsak
orang-orang bagaikan bah semut menggerayang memacu macul segempal harapan
sentir,tenda membentuk paguyuban baru
butiran emas berkilau di panas cuaca terik terpaku
saksi bisu
lalu lalang yang merapal doa
atau tidak sama sekali tanpa restu melipatkan nyawa dalam keberanian
Tuntas
ada yang mati.....ada yang mati..... stttt, diam!
ada yang lebih penting dari kematian disamping harta yang menunggu
kemiskinan ini terlalu menakutkan bagi generasi siswa gratis yang dibiayai pendidikan
atas nama anak murid tak mampu
penambang emas, menambang nyawa segenap yang dipertaruhkan
siapa yang mati hari ini? Warga kelahiran disinikah? Atau kaum pendatang tak jelas? Semayam dalam kubur batu nisan diselingi doa secukupnya
atau berkubang meregang di sembarang lubang tanpa dikenal sanak famili
itu tidak terlalu penting ibarat mengubur tekad menjamah masa depan yang menunggu
”bongkahan emas disini jauh lebih mewujudkan mimpi dalam altar megah” bisik penambang sembari menghitung-hitung dalam jejalan karung yang pasti.

Sekotong nan ajaib
bukit yang menjanjikan emas kemasyhuran
hingga jantung terbelah bau napas tanah yang tidak menampakkan uapnya
terkoyak habis membentuk lorong yang kian jauh pada kedalaman jantung bumi
menciptakan pernik-pernik baru tanah-tanah kehancuran

Sekotong nan ajaib
sim salabim bukit berharta
menyadap mimpi mimpi dalam khayal gurat gurat kepastian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar