Selamat Datang di Ruang Pajang Cipta Karya Sastra (Puisi, Cerpen, Drama, Artikel, dan Catatan Budaya) =============================================================================

Minggu, 28 Februari 2010

Dari Jendela Peracikan: TRAFFIC LIGHT, KAEF SELONG DAN NEGOSIASI


Sesungguhnya arus lalu lintas di jalan raya tidak ada hubungan sama sekali dengan arus lalu lintas peredaran obat di sebuah apotek. Dengan kata lain traffic light tugasnya untuk mengatur para pengendara dan semua sopir dengan nyala saktinya. Kalau lampu merah menyala itu mampu membuat semua pengendara berhenti, sekalipun bupati apalgi gubernur melewati ruas jalan itu. Itulah yang disebut kewibawaan lampu merah pada traffic light simpang jalan.. Hanya satu hal yang tidak bisa diatur oleh keblat-keblit lampu traffic light, yakni cidomo. Tahu, kenapa? Cidomo itu kalau di Lombok singkatan dari cikar, dokar plus mobil kalau sudah di simpang jalan ndak kenal bahasa isyarat lampu, entah merah, kuning,hijau. Kadang nyala merah diterobos saja langsung, maklum yang namanya kuda memang tidak diajarkan untuk mengetahui nyala lampu. Tidak tahu juga sesungguhnya yang kurang ngerti kudanya ataukah saisnya. Kalaupun terpaksa harus nabrak, biasanya sang kusir dengan enak sekali bicara: “ eh, salahkan saja kuda saya pak. Dia kan binatang. Kagak ngerti. Bapak sih yang bukan binatang lebih ngerti, kalau sudah namanya kuda lewat ya, minggirlah! ” Nah, kalau sudah ngomong begitu mau bilang apa? Lawan tuh kuda berantem.
Tapi yang perlu dicatat disini adalah Kimia Farma yang memiliki ketrampilan rutinitas mengatur lalu lintasnya obat antar jaringannya sesama outlet, saat itu justru pernah menjadi pemikir dimana harus membangun sebuah traffic light yang mengatur para pengendara di simpang jalan agar tidak simpang siur serta lebih dapat diatur untuk mengurangi terjadi bahaya kecelakaan. Atas dasar itu partisipasi Kimia Farma memang sangat diharapkan karenanya terwujud sudah keinginan kota itu dengan telah berdiri gagah sebuah traffic light di perempatan kota selong menuju arah kota Pancor yang konon katanya jalur itu bakal dilewati bapak wapres, bapak gubernur, bapak bupati, bapak-bapak pengendara yang lain, bahkan juga bapak kusir cidomo yang perlu diperhitungkan aktifitasnya memanfaatkan sarana tersebut, kendati kadang-kadang ada juga yang nakal sering melanggar.
Ketika perwakilan dari Kimia Farma diantaranya : Drs. Yosef Sumarsono dan Drs. Made Pasek Narendra mengunjungi Lombok timur dalam rangka pendirian apotek Kimia Farma di kota Selong, bupati Lombok Timur segera menyambut upaya kerjasama yang baik itu. Maka ada tempat berteduh buat kimia Farma yang saat itu dipergunakan ruangan depan bangunan perumahan dokter RSU Selong. Artinya Kimia Farma bisa beroperasi di lingkungan rumah sakit itu dalam memepermudah pelayanan kefarmasian di bidang obat-obatan atas restu negosiasi bisnis berupa sumbangan traffic light dari pihak Kimia Farma yang juga dirasakan manfaatnya oleh masyarakat lombok timur.
Traffic light ini juga dapat dianggap sebagai penghubung mulusnya serta terbuka peluang untuk kerjasama lebih lanjut, walau tidak semulus jalur tol jagorawi. Paling tidak disatu sisi traffic light mampu menciptakan dukungan moral untuk beroperasinya sebuah apotek baru di kota itu dan juga dapat dianggap sebagai barometer untuk harga obat yang beredar di wilayah Lombok timur yang dirasakan masih mahal, serta melengkapi apotek swasta lainnya yang sudah beroperasi lebih dahulu. Ini juga sifatnya kerjasama pada sebuah apotek. Makin banyak apotek di Lombok Timur akan lebih memudahkan pelayanan terhadap masyarakat serta lebih kecil kemungkinan harus nebus obat jauh-jauh ke mataram (40 km dari kota Selong), seandainya terjadi kekurangan/kesulitan memperoleh obat. Jadi betapa indahnya sebuah persaingan bisnis kalau sudah saling mengisi dengan di latar belakangi pemikiran yang sehat, bukan?
Kini semua berjalan mulus. Apotek telah beroperasi beberapa minggu sebelum pimpinan dan sarana ,prasarana alakadarnya dilengkapi sebagai persyaratan kelengkapan pendirian sebuah apotek baru oleh pihak dinas kesehatan beserta rekan-rekan di Balai POM. Akhirnya semua berjalan mulus dan lancar.
Traffic light ‘made in’ Kimia Farma pun nampak kokoh berdiri gagah di lintasan perempatan kota Selong menuju Pancor bertuliskan motto : “TUMBUH DAN BERKEMBANG BERSAMA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT” mulai menunaikan tugasnya mendisiplinkan semua pengendara motor tanpa kecuali yang dampaknya kian menambah keindahan kota ibadah serta mendorong tumbuhnya kesadaran berlalu lintas yang santun di kota ini.
Seorang pengendara sepeda motor membaca motto itu bak sebuah iklan, barangkali. Sopir angkot oleh nyala ‘merah’ dibuat berhenti sejenak dan para polisi tidak perlu teriak-teriak mengatur lalu lintas yang amburadul. Ketika lampu hijau traffic light menyala: “janganlah…..jangan injak pedal gas kuat-kuat, ingat anak istri menunggu di rumah seraya terdengar bisikan halus bupati Lombok Timur: “ jalanlah di daerah ini Kimia Farma, lakukan pelayanan yang terbaik buat masyarakat…….”
Lampu hijau yang pernah dinyalakan bupati, tak ubahnya lampu hijau sebuah traffic light yang disulut pertama kali oleh pihak Kimia Farma. Tinggal kita yang berkewajiban di depan apotek Pelengkap RSU Selong : “ apa yang anda butuhkan, kami siap melayani 24 jam. Kamilah yang terlengkap dengan harga terjangkau.”
Sekarang kita tidak bertanya pada polantas setempat, apa sih hubungannya traffic light itu dengan apotek. Cukup kita dilihat sisi manfaatnya yang berguna bagi orang banyak tanpa membanding-bandingkan serta mendefinisikan kaitannya; antara jalur lalu lintas kendaraan serta lalu lintas perdagangan obat. Yang penting dari sumber resmi dan tidak palsu. Iya nggak? Anggap saja ini sebagai sebuah babak baru di suatu kota kecil bernama Selong ( 40 km dari pusat kota niaga Mataram), jauh dari keramaian kota dengan penduduknya yang demikian taat terhadap agamanya. Kota yang kehidupannya sudah terbenam pada pukul 19.00 wita, di saat hiruk pikuknya kota-kota besar lainnya. Dan perlu dicatat bahwa apotek Kimia Farma Pelengkap RSU Selong memiliki nilai histories dengan keberadaan traffic light disana. Ketika traffic light hadir, apotek pelengkap RSU Selong pun turut hadir beroperasi dengan sukses. Peristiwa ini sudah lama terjadi, sekitar bulan mei 1995.
Lima belas tahun kemudian, barangkali sebagaimana yang penulis ungkapkan disini, kalau kita mengalunkan sebuah lagu memori, setiap mengingat atau sekarang kita sebut ‘mengenang’ apotek Pelengkap RSU Selong, akan terkesan dengan melihat traffic light di perempatan jalan sepanjang lintasan Pancor menuju Selong. Kendati Outlet kita ini sudah hanya tinggal sebuah cerita saja, namun kelanjutannya masih kita lihat di luar lingkungan Rumah sakit Selong. Semangat terus dan jangan putus asa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar