Selamat Datang di Ruang Pajang Cipta Karya Sastra (Puisi, Cerpen, Drama, Artikel, dan Catatan Budaya) =============================================================================

Sabtu, 13 Februari 2010

DARI KETINGGIAN HATIMU HANYA KEDALAMAN DAHAGA (kado valentine bagi masa remajamu yang tak pernah hadir)


: di balik dusun terpencil ini, dik
kado valentine tidak mudah kubuat anyaman menyemat hatimu

Matamu adalah bulatnya cahaya memantulkan pintalan benang rencana.
kebersamaan yang membuat kesepakatan bahwa sesungguhnya cinta ini
sempurna untuk sesaat
sebagai penantian berkarat dalam-dalam
kian dalam dari ketinggian hatimu

Pertengahan tanjakan yang senantiasa membuat kian melarat
semakin jelas dalam bau kata-kata janji nan berkarat
beradu napas melepuh dalam waktu tak jelas
Antara lelah tak ada yang sampai, kabar siapa yang ingkar hari ini?
Tak ada kesepakatan
hutanmu hanyalah belantara tak bertuan rimbanya
dan kita membuat suatu rencana
membuat kebersamaan semakin dekat dengan tujuan :
akan kabar tak pasti

Terkadang kegilaan ini sangat menjemukan
terkadang kegilaan ini membawa penyakit
terkadang kegilaan ini membuat kita pasrah membedakan nasib
dan terkadang pula kegilaan ini mencemburui kita untuk lepas dari peradaban
norma-norma, agama bahkan menjadi sebuah proses kemiskinan hasrat untuk mengetahui kebenaran.

Pendakian adalah kisah kecil dari sebagian besar kisah hidup kita
makanya saranmu kita perlu mengulas rangkaian kisah baru
menyambung kisah sebelumnya yang pernah ada.
Artinya barangkali kita mencari kebenaran itu di atas langit
barangkali kita mencari puncak tujuan mendaki
pada mata kaki dimana awal mula kaki melangkah
tak ubahnya mencatat-catat kehidupan kita sebelumnya.
Tuhan ternyata ada dalam berbagai bentuk.
Tidak hanya sekadar angin atau menciptakan gejala semesta alam.
Tuhan adalah bagaimana manusia mengenal moral
peradaban dan hukum semesta alam.
Dengan demikian kejenuhan serupa untuk langkah kerinduan yang baru
medan awal buat menempuh kehangatan baru.
Kedamaian ini semakin menggila. Menggoda kita untuk lebih taqwa.
Tuntasnya pada segala hiruk-pikuk kota besi
kota penuh jalan-jalan robot yang gentayangan senantiasa menguap
tak mengenal nasibnya
menabur benih yang tidak habis-habis
dalam persekongkolan napsu
dan segala bentuk kemaksiatan yang mudah terwujud dalam setiap keinginan
yang tak jelas
namun wahai pendakian
di sejuknya pegunungan lindap bayangmu
mengusik segala kalbu
bahwa terlalu banyak perbedaan percintaan di kota dan di desa
pegunungan yang masih polos dan terbuka oleh suara-suara kekonyolan sederhana
tanpa dibuat-buat.

Bahwa terlalu banyak godaan-godaan di kota ketimbang desa
yang belum tergelincir oleh lirikan lampu-lampu ajaib hotel
kamar-kamar megah dan gerak tarian telanjang yang menutup alasan
beragama itu bisa ditanggalkan sementara
secara jujur kau ucapkan:
di balik dusun terpencil ini, dik
kado valentine tidak mudah kubuat anyaman menyemat hatimu

Bahwa terlalu sintingnya kita menghadapi kebutuhan di kota ketimbang di desa.

Bahwa di desa terlalu banyak lirikan liar
terlalu banyak artis-artis ibukota yang menarik hati

Bahwa terlalu banyak kaum selebriti yang dikebiri dalam gemerlap.
bau-bau alkohol meruang
asap-asap opium melebar dalam getar shabu-sahbu yang dianggap indah,
jadi semacam santapan di meja makan mengganti knalpot berkerak
dan nakal menggoda segala keinginan
terlalu banyak seniman sakit hati dan belajar meyakini kesenimannya,
terlalu banyak penjual kemewahan menjajakan harga diri
dan terlalu banyak menawarkan kelinglungan.
Bahwa terlalu gilanya kita menghadapi peradaban-peradaban berbau elektrik
dan tergiring bak mesin mafia yang mencuci otak kita
bahwa modernisasi jauh lebih hebat dibandingkan hidup di desa berbau arang dengan membakar singkong.

Matamu telah menjadi mesin berpeluru
jejalan segala peristiwa pada tanjakan bukit terakhir
yang mengharuskan kita membuka mata hati
Betapa kecilnya kita
dan betapa Tuhan kita dengar suara-suara yang memanggil-mangil
mengingatkan kecurangan-kecurangan yang pernah kita lakukan
saat belajar melupakan hari sucinya
yang dilingkari upacara

Kita sering lupa dan berbuat konyol menjadi penunggang kuda kemewahan
sementara kocek kita hanya sejengkal ukuran hidup tak lebih setahun.

Lalu kita banyak berhutang di setiap kedai makanan,
pada setiap warung-warung kopi
pada setiap supermarket dengan gaya sengit
menghamburkan segala keinginan bahwa
stok beras di rumah hanya cukup untuk sehari
serta menyembunyikan kekurangan diri dengan duduk di rumah makan
hanya sekadar menikmati sebotol aqua ringan.

Ah, betapa kita menjaga gengsi
agar terkesan hidup mewah
berkuda emas yang berharap kantong kita ajaib bersulap
menjadi bank-bank yang berjalan.
Hidup hanyalah keindahan mimpi sesaat yang kita beli dalam kekayaan berkhayal.

Ternyata dibalik kekosongan ini ada makna tersimpan
di rimba penuh pergolakan jiwa yang mengganjal setiap keinginan
agar cinta ini mudah dirawat dengan baik disaat-saat padang ini gersang
disaat lumbung kita tidak terisi atau
disaat dompet kita kosong melompong
ataupun disaat datangnya tagihan bon-bon kopi pada sebuah warung.

Dan ternyata di ketinggian puncak ini
semoga kita tidak harus menjajakan cinta pada setiap penjaja angin
yang ingin mengatakan cinta ini tak lebih lembaran-lembaran uang
yang mudah dibelanjakan pada setiap ruang hati yang butuh kehangatan.
Di ketinggian puncak ini semoga kita tidak harus menjajakan hati murni
pada setiap pemburu hati yang ingin mengatakan cinta ini tak lebih sepenggal hati
terbuat dari emas berlian yang mudah disimpan di gerbang kebanggaan
untuk dipamerkan kepada para tetangga-tetangga kita
tamu-tamu yang dolanan ke rumah
atau relasi-relasi yang bersilaturahmi di rumah hati
ataupun kita umpankan pada rekan-rekan pecundang yang termakan janji palsu
dengan lirikan manis agar runtuhnya hati berbagi-bagi
pada setiap balik hatimu yang masih punya rasa

Wow......ternyata di balik dusun terpencil ini, dik
kado valentine memang tidak mudah kubuat anyaman menyemat hatimu

1 komentar:

  1. Mencintaimu, ternyata tidak semudah menata jiwa saat terpuruk peristiwa luluh lantakkan masa...
    Takkan kukejar masa lalu, tiada kusesali beber ceritera tak bersinggung nafsu di antara kita...
    Bersatu fisik hanya rejam emosi, jika kita dulu tercipta satu...

    Biar,
    Biar kucumbu bayangmu dibalik rinduku
    Biar kutunggu dalam desah nafasku
    Bahwa Tuhan lahirkan indah
    Bahwa Tuhan ciptakan cinta
    Yang takkan berbatas kota-desa
    Yang takkan larutkan mimpi-nyata
    Yang takkan usik adanya jurang beda

    Biar,
    Biar hanya Tuhan tahu
    Sungguh kucinta dirimu...

    BalasHapus