Selamat Datang di Ruang Pajang Cipta Karya Sastra (Puisi, Cerpen, Drama, Artikel, dan Catatan Budaya) =============================================================================

Kamis, 18 Maret 2010

Dari Jendela Peracikan : APOTEK GENERIK


Di jaman krisis moneter ini semuanya serba mahal pak!” Seorang petugas apotek memberi penjelasan kepada keluarga pasien.
“Ya, tapi obat jangan ikut-ikutan naik dong!”
“Maaf, pak ini juga daftar harga kami terima dari pemasok, dari distributor obat. Terkadang bisa dalam waktu sebulan kita malah terima dua kali price list.”
“Ya, barang stok yang lama semestinya jangan dinaikan dulu harganya. Ini apotek latah ikut-ikutan naikkan harga. Kayak harga sembako saja. Semuanya naik melipat. Kita rakyat yang susah,” kata konsumen tersebut sambil ngeloyor pergi, tidak jadi beli obat..
Dan ucapan-ucapan yang sama sering terlontar dari para keluarga ataupun penunggu pasien yang lain. Ketika penulis sempat mewawancarai beberapa pelanggan serta dokter-dokter terdekat, jawabnya ringan-ringan saja, bahkan ada yang sewot dan ngotot menyalahkan apotek yang seenaknya naikan harga obat.
“Ah, itu’kan keuntungan pihak apotek. Dari distributor sampai ke tangan pasien entah sudah berapa kali lipat naik harganya. Kalau itu dikatakan hampir semua bahan baku import, ya habiskan dulu dong stok yang lama, baru diikuti dengan harga baru,” kata salah seorang pelanggan rutin yang complaint dengan perubahan dari harga obat yang juga rutin dibeli setiap bulan dalam jumlah cukup besar. Saking rutinnya datang ke apotek, pelanggan tersebut jadi hafal dengan jalur distribusi obat.
Namun pada kebanyakan pasien dari resep yang dibawa ke apotek, sudah langsung minta jenis obat generik.
“Tolong berikan yang generik ya? Kan enggak makan mereknya….” Ujarnya sembari meniru iklan TV swasta, sambil menyodorkan selembar resep pada sebuah apotek yang bertempelkan stiker pada dinding kaca etalase. Tertulis besar-besar : “Harga obat generik turun 50%”
Kendati dinilai masih agak mahal, toh obat tersebut dibeli juga dibandingkan dengan harga obat paten yang hampir 10X lipat harganya. Namun kalau keuangan sudah tidak memungkinkan lagi pasien dengan agak terpaksa menebus dengan setengah resep, bahkan tidak jarang malah mengurungkan niatnya untuk membeli obat. Itu berarti tidak ada obat yang diminum saat dia sakit.
Masih untung dapat obat. Di saat harga-harga sedang melambung tinggi jauh di angkasa raya, ada beberapa obat yang hilang dari pasaran sedangkan obat-obat tersebut sangat dibutuhkan oleh pasien.
“Saya sudah keliling apotek mencari voltadex tablet untuk orang tua yang lagi rheumatik. Rutin kok saya membeli obat itu. Tapi jawabnya kosong. Gimana ini?,” kata seorang bapak-bapak di depan apotek yang buka 24 jam.
Nah, kalau sudah begini harus bagaimana lagi? Tapi itu lain lagi kalau jenis-jenis obat dispensing yang memang langsung diberikan oleh dokternya. Terkadang apotek kesulitan untuk memasok kalau tidak dalam jumlah yang besar. Lagipula kabar terakhir sepertinya obat tersebut sudah tidak beredar di pasaran.
Apakah benar harga obat generik turun 50%? Ini yang mesti hati-hati diinformasikan kepada masyarakat pemakai obat.
Pada tahun 1998 pernah memang dirjen POM (pengawasan Obat dan makanan) dalam sk-nya per 18 Pebruari, bahwa harga obat generik turun menjadi normal kembali sesuai dengan adanya subsidi pemerintah sebesar Rp. 700 milyar untuk menunjang bahan baku import. Tepatnya harga obat generik tersebut tarifnya masih antara 6 s/d 66% lebih tinggi dari harga rata-rata sebelum terjadi kenaikan. Kita lihat pada bulan januari sebelumnya sudah dinaikan antara 40 s/d 100%, dengan adanya penurunan harga sebesar 34%, maka masih terjadi selisih harga di atas harga sebelum kenaikan itu diputuskan.
Untuk pasien kronis dengan jenis resep-resep langganan, terutama untuk obat-obatan yang rutin dipakai, sebaiknya memang dicantumkan hal-hal yang sebenarnya untuk menghilangkan kesan ketidak percayaan terhadap pihak apotek. Jadi dengan demikian tidak perlu menyebutkan global angka secara detail satu per satu atas penurunan harga tersebut. Cukup ditulis : “ Harga Obar generik turun”
“Berapa prosen, pak?”
“Ya, adalah sedikit keringanan dengan subsidi pemerintah dan yang pasti obat tersebut masih bisa dijangkau masyarakat,” jawab kita-kita selaku petugas apotek sembari menghibur perasaan gundah pasien.
Ya, memang kita tidak perlu sakit hati dengan keadaan begini. Karena ini terjadi bukan di satu daerah saja, bahkan hampir di semua daerah. Sudah merupakan masalah nasional bangsa kita. Kalau terjadi penciutan biaya-biaya operasional, itu hal yang wajar. Di jaman gelegar harga-harga yang kian melonjak, segala jenis discount-pun mulai ditinggalkan. Tidak ada penjualan dengan discount, yang penting pengadaan obat-obatan harus cukup lancar pemenuhannya dan berada pada stok level yang aman, mahal sekalipun.
Tahun 1998 dalam krisis ekonomi dan moneter yang pernah melanda negeri kita yang berdampak pada harga-harga sembako, melibas juga di dunia farmasi. Kita memang dituntut untuk tetap mengencangkan ikat pinggang dan prihatin dengan keadaan ini. Untuk di unit perapotekan kita masih tidak bosan-bosan untuk menawarkan jenis obat termurah, obat generik yang tidak kalah khasiatnya dengan obat paten. Inilah apotek generik, silahkan beli disini saja pak! (dgk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar