Selamat Datang di Ruang Pajang Cipta Karya Sastra (Puisi, Cerpen, Drama, Artikel, dan Catatan Budaya) =============================================================================

Rabu, 10 Maret 2010

CAMAR LINTAS ( 1 )



Sosok bayang camar melintas bukit bebatuan
punah membakar kabar tak sampai, menakar jiwaku, membelah langit
alur senyap bayangmu aliri angan menyapa setiap kematian yang akan tiba
tempatku pijakan tanah mati dan selalu tersingkir dalam kekalahan, seolah membaca kegaiban, tanda-tanda Tuhan memberi keajaiban
cinta yang sia-sia, tengadah aku mengharap berkahmu
menantang matahari tak henti henti membakar sayapnya
kelepaknya rontokkan daun-daun berguguran
hidup diantara reruntuhan angan manakala belajar pada burung
tak letih letih kepakan sayap, patahkan masalah dalam hidup
ternyata, cinta masih terlalu mudah diperdebatkan dalam recehan uang logam
cinta yang tak mengenal kemiskinan terbayar dalam janji tak jelas
kesendirian ini belum mampu melahirkan perkawinan dalam perjanjian tak pasti
dan keangkuhan ini koyak dalam kesendirian yang sunyi.
Kita butuh anak-anak
yang akan menjaga masa tua dari belenggu panti jompo
ajal yang telah dipersiapkan menghitung hitung usia demi usia reyot
kita pungut kelepaknya, suatu hari nanti
tidak perlu mempersiapkan selimut lalu siapa yang melahirkan anak anak kelak?
ketika kentara dalam usia kian rontoknya asmara hati
rheumatik serta asam urat dan simpan saja ketakutan itu dalam rontokkan sayapmu
ketika kita semakin tua dalam usia yang trenyuh menatap hari
ketika kenangan ini telah meninggalkan kita sebagai masa depan yang jelas terbaca
camar berjubah menantang angin,rentangnya musim
penuh duri serta masa depan hanyalah uap tak berbekas
pada daging menganga, luka terbalut sunyi
yang menawarkan keburaman,kebisuan,ketakutan
luka berbalut sunyi dalam kehampaan
Rindu ini menunda kita mengenang petualang
-atau mengakhiri percintaan
yang penat melintas ketakutan dalam ketakutan
bergulir di penghujung bukit, lepas mengarungi
senyap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar