Selamat Datang di Ruang Pajang Cipta Karya Sastra (Puisi, Cerpen, Drama, Artikel, dan Catatan Budaya) =============================================================================

Sabtu, 13 November 2010

Prosa liris: ROMANSA SAHIDI (26)

Biarlah agama membawa kebenarannya sendiri-sendiri.
Nanti ada waktunya tobat kok!
Penari-penari gemulai yang rata-rata bugil semua memperlihatkan segala kerahasiaan tubuhnya yang seharusnya disembunyikan.
Buah dadanya yang disukai Sahidi.
Bokong indahnya, itu juga kesukaan Sahidi.
Terpejam-pejam ia menyaksikan.
Terpejam-pejam ia dikuliti maksiat.
Berkali-kali terpejam.
Mengingat usianya yang berlebih, napsu gede tenaga geloyor.
Geloyor-geloyor dalam napsu tumpang-tindih.
Antara napas dan tubuhnya yang saling menindih.
Susah dibedakan!
Mana yang menindih.
Mana yang ditindih.
Yang mudah diingat hanya matanya yang memejam rasa merasakan persentuhan.
Yang masih mudah diingat pula bahwa di usianya yang mendekati bau tanah itu, dia masih belum mati dalam bersetubuh.
Ahaai?
Mati bersetubuh?
Pernahkah terbayang seorang lelaki tua menyetubuhi wanita muda yang kedapatan mati kaku dalam pencapaian puncak pelampiasan total?
Geli dan sangat menggelitik
Maka tanpa sengaja: dengan bantuan jin, dengan dorongan setan-setan segala roh-roh yang dihidupi dukunnya ikut juga pada akhirnya memberi kesaksian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar