Selamat Datang di Ruang Pajang Cipta Karya Sastra (Puisi, Cerpen, Drama, Artikel, dan Catatan Budaya) =============================================================================

Jumat, 12 November 2010

Novel : SENGGEGER KECIAL KUNING JARAN GUYANG ( 10 )

”Pulanglah dik, nanti aku jemput. Ayu sedang sakit, sekarang sedang opname di rumah sakit. Tengoklah dia. Dia mengiggau dan sangat merindukan kehadiranmu,” sekali lagi laki-laki itu memohon dengan memperalat pikiran Rina melalui anaknya Ayu yang diketahui hubungannya sangat dekat dengannya. Selalu saja Ayu dimanfaatkan sebagai senjata untuk melemahkan pertahanan Rina yang rapuh. Karena gadis kecil itu demikian akrab dengannya sewaktu dia masih dalam pengaruh senggeger. Dan berulang kali lelaki itu selalu menyebut-nyebut nama anaknya yang ke dua.
Rina mengernyitkan alisnya yang berbentuk indah. Bak burung camar melintas. Lama-lama kesal dengan kecengengan ini. Telinganya jadi gatal oleh celoteh haji Saidi yang memuakkan.
”Ayu? Hmmm... apa hubungannya denganku. Mamanya ’kan masih ada? Ada yang lebih berhak mengurus hidupnya. Bukan aku?! Aku juga punya anak yang selama ini telah kutelantarkan kebahagiaannya. Aku lebih berhak buat anak-anakku. Urus sendiri anakmu pak haji!” desis Rina tajam memberi jarak.
Ketika sudah mulai suntuk dalam aktifitas ashram, pernah nama anak itu disebut-sebut. Dalam masa transisi proses pengobatan sedang berlangsung, terlebih di tempat yang terisolir ini sempat Rina terpengaruh dan menghubungi mbak Widia, menyarankan temannya untuk mewakili menengok anak itu. Kata haji Saidi anaknya lagi opname di rumah sakit. Entah ini cerita sungguhan atau hanya rekayasanya orang itu.
” Hati-hati gek. Biasanya orang yang berperawakan pendek itu banyak akalnya. Bli perhatikan sekilas matanya seperti menyembunyikan kelicikan.” Pernah Rina diingatkan dengan kata-kata demikian oleh suaminya.
Mbak Widia ini adalah tetangga dekatnya yang sama-sama satu profesi sebagai pengusaha salon dan juga bergerak dalam kegiatan lembaga pelatihan kursus kecantikan, seperti yang dia kerjakan. Mbak Widia inilah orang ke dua setelah suaminya mengatakan hal yang sama mengenai kejadian yang menimpa dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar