Selamat Datang di Ruang Pajang Cipta Karya Sastra (Puisi, Cerpen, Drama, Artikel, dan Catatan Budaya) =============================================================================

Rabu, 10 November 2010

Prosa liris: ROMANSA SAHIDI (22)

Sahidi oh Sahidi, lelaki penganut setan yang rabun dalam kebenaran moral, itu kata sang tokoh agama yang masih ingat akan Tuhannya.
Tapi pengadilan agama mampu dia beli dalam akta siri lewat kompensasi mata uang.
Entah ajaran sesat sesaat yang alpa dari ingatannya yang juga mulai rabun akan ketakwaannya selaku penganut agama.
Namun setan memujanya dengan kata-kata manis.
Jadilah ia pemuja setan.
Engkau atheis yang penuh humor, nak; begitu kata-kata yang terlontar.
Itu pula salah satu penyebab terjadinya perpisahan Sahidi dengan istrinya manakala setiap pagi istrinya sibuk sholat duha, telinga lelaki itu bagai tersengat ribuan tawon mendengar lapat-lapat lafaz yang keluar dari ruangan sholat yang keluar melewati biliknya.
Terkadang manakala kalau mendengar Sahatun ngaji selepas sholat magrhib, Sahidi pasti ngamuk seolah tidak senang mendengar istrinya dzikir.
Allahuakbar……Allahuakbar…Allahuakbar…. demikain berulang-ulang hingga tiga puluh satu lafaz
Subhanallah…….Subhanallah….Subhanallah…..demikian berulang-ulang hingga tiga puluh satu lafaz.
Laillahaillahallah….Laillahaillallah…Laillahaillallah….demikian berulang-ulang hingga tiga puluh satu lafaz
Suara-suara yang keluar dari istrinya saat mengaji terasa bagai hujaman belati di hatinya yang kusam berbalut setan.
Jelas sudah hawa setan dari pengaruh senggeger telah menguasai hidup Sahidi, hingga menjadi lupa Tuhannya.
Kasihan nian kalau hal itu sampai terdengar mertuanya.
Kasihan nian kalau hal itu sampai terdengar anak-anaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar