Selamat Datang di Ruang Pajang Cipta Karya Sastra (Puisi, Cerpen, Drama, Artikel, dan Catatan Budaya) =============================================================================

Selasa, 26 Oktober 2010

Prosa liris: ROMANSA SAHIDI (17)

Kembali pada Ukang, ceritanya begini, hmmm menurut cerita seorang teman, manakala Ukangnya remaja punya masa-masa tersendiri yang entah tabiat apa membuahkan rasa pada sang guru yang telah beristri.
Karena lamunannya pergi kelain hati, tentu pula menjadi keheranan segenap keluarga manakala mengetahui betapa tergila-gila pada bapak guru Sahidi.
Tidak mampu ditawar-tawar, maka berkecamuk keluarga besarnya memburu dan bukan saja berkeinginan untuk membunuh, bahkan pula kalau sekiranya bisa mencincang habis tubuhnya yang kecil kurus.
Dapat dibayangkan kalau seorang manusia mencincang manusia, bahkan mungkin pada jaman itu sudah hadir istilah mutilasi. Dapat dibayangkan kalau semua peristiwa itu terjadi, maka Sahidilah korban pertama yang mengecam homo homini lupus itu berlangsung.
Tapi memang demikianlah adanya kalau hidup ini dipenuhi segala sifat serigala, karena sesungguhnya serigala itu sendiri adalah Sahidi yang punya andil memulai hidupnya serigala-serigala lainnya yang dipaksa untuk ikut beringas.
Dan bahkan mungkin Sahidi-lah yang akan memulai sorotan itu seandainya bukan karena senggeger menyelamatkan hidupnya.
Sang pemburu memburu ular hijau. Sahidi licin bagai belut. Sembarang lobang dia masuki sebagai tempat persembunyian.
Sebagaimana kelihaiannya memburu lobang-lobang kegelapan setiap betina yang menjadi gelegak irama senggamanya nan tak lepas-lepas.
Tidak ada yang sisa. Semua lobang menjadi pelarian.
Para Keluarga yang siap menghakimi melepas geram.
Sahidi oh Sahidi
Sang guru dari jembatan kembar
Dari desa yang dulunya terpencil dari dunia pendidikan
Sang guru ketakutan terkencing-kencing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar