Selamat Datang di Ruang Pajang Cipta Karya Sastra (Puisi, Cerpen, Drama, Artikel, dan Catatan Budaya) =============================================================================

Senin, 25 Oktober 2010

Prosa liris: ROMANSA SAHIDI (16)

Tanpa perlu menjelaskan omzet hasil usaha dalam angka-angka manajemen yang memusingkan kepala. Manakala kebuntuan jadi penyumbat dalam dialogpun segala kemunikasinya tetap mendatangkan harmoni, karena perbedaan akan memberi warna pada setiap perjalanan rumah tangga. Sekali lagi, perbedaan selain memberi keindahan tetap merupakan aroma yang manis untuk dikecap kenikmatannya.
Dan kenikmatan itu sendiri malah disalah-artikan ketika mulai mengencani sang belia dari cinta yang bermula di sudut sebuah tata usaha sekolah.
Terkatung-katung dalam ketakberdayaan.
Cinta yang seterusnya berlanjut di luar dugaan, dari satu gadis, menuju dua wanita.
Entah cinta lepasan ataukah cinta sisa-sisa remahan.
Janda ataukah gadis sama saja dalam mengecap dahaga sesaat.
Dan inilah komunikasi tersumbat.
Belajar memahami seorang Ukang, menghampiri Heni, hingga melahirkan benih angan dalam percintaan sewot oleh di luar kehendak.
Seandainya Sahidi bak titah air soma para dewa yang dititahkan sang raja Saryati, begitulah Sahidi memulas warna mukanya seolah elok sang maha rsi Chyawana.
Merasa jadi muda kembali disaat-saat tiba masa tuanya. Serta merta merasa tua bercinta dalam asmaranya yang kelam.
Namun selalu menginginkan keabadaian Chyawana mengeram air soma. Menginginkan hari nan elok rupawan.
Berpikir demikian karena Sahidi bak raja Saryati yang mampu membelai ke empat ribu orang istri-istrinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar