Selamat Datang di Ruang Pajang Cipta Karya Sastra (Puisi, Cerpen, Drama, Artikel, dan Catatan Budaya) =============================================================================

Jumat, 23 September 2011

NOVELET AKU BUKAN PELACUR (1)

Satu


Wina tertegun menatap pak Wijaya. Lelaki klimis, demikian rapi penampilannya. Usia lelaki itu hampir sebaya ayahnya. Usia yang seharusnya dipanggil ayah. Walaupun pak Wijaya bukan ayahnya, jarak usia dengannya terpaut jauh untuk sebuah asmara. Wina bukan anaknya, namun lelaki itu akan menganggapnya anak. Dan lelaki itu berulang kali memberikan kesan hormat yang berlebihan. Kesan hormat yang bermuara pada cinta. Kesan hormat yang selalu membuat dirinya menjadi sosok wanita yang sangat berarti di matanya. Sosok wanita yang menganggap Wina benar-benar sebagai seorang gadis dewasa. Bukan gadis remaja yang kekanak-kanakan, kendati Wina tidak merasa dewasa karena kesan yang diberikan. Barangkali juga karena postur tubuh Wina lebih menyerupai penampilan seorang wanita dewasa dibandingkan usia dan tingkah lakunya yang tidak menyembunyikan kekanak-kanakan. Ataupun penampilannya menutupi usia sebenarnya. Penampilan memang mampu merubah segalanya. Mampu menyulap usia yang sesungguhnya. Berapa usia Wina?
“20 tahun pak”
“kamu pantas jadi anakku, Win”
“Iya, pak” Wina mengangguk.
Di usianya yang 20 tahun dia mulai mengenal laki-laki dewasa, laki-laki matang dalam arti yang sesungguhnya. Lelaki yang pada akhirnya membuat matang belum waktunya, walau di usia sebaya teman-temannya yang sudah rata-rata matang semua. Itu sih dari cerita dan pengalaman mereka. Dari pengakuan-pengakuan mereka setiap pulang dari menikmati dunia malam, diskotik. Tapi Wina tidak seperti mereka. Sebab Wina bukan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar