Kamis, 14 Maret 2013
SORGA SATU KETIKA
Di sorga kau tahu
Rumah rumah telah tersedia
dibangun atas nasibmu sepanjang jalan yang pernah terlintas
Hanya tinggal menghitung berapa langkah yang mungkir, namun jangan terlena
Tidak ada sayap sayap yang diterbangkan nasib-nasib tak pasti
Atau mungkiri pohon pohon di halaman berbuah bintang bintang dan rembulan
Atau mungkiri dahan dahan berlapis bianglala serta memanjatnya dengan moral
Pintu yang selalu terbuka isyaratkan tamu datang berbekal takdirnya sendiri sendiri
Sambutlah! Jangan biarkan berdiri menunggu kutukan dari celah bumi
Sebab itu yang pernah kau katakan ketika lupa jalannya pulang
Di sorga kau tahu
Rumah rumah telah memiliki jendela dengan kaca kaca terpantul dari mata lembu jantan
Menghias teras rumah dalam serangkaian bunga bunga matahari, namun jangan kaget
Tak akan kau temukan ruang bersekat yang membeda-bedakan warna kulit
Ini ruang hampa warna. Hampa kata. Hampa angan. Hampa lelaku.
Hanya ada gambar-gambar memacak dinding tak berpaham, tak bermata namun menyiratkan tatapan dari seberkas mata dipantulan nurani. Tak bertelinga namun menyuarakan pendengaran dendang kecapi dewi dewi cinta meremajakan kebahagiaan sejati.
Di sorga kau tahu
Rumahku rumah bocor beratap jasad kotor mata tubuhku berlumpur
Tak sampai sampai
Sekalipun ribuan halaman kitab suci berlembar lembar bercermin di mata
Dijauhnya nurani berjarak apalagi tak terbaca
Karena aku belum membangunnya di sana
Di sorga satu ketika
Barangkali akan datang dengan nurani yang sengaja kau buang di luar rumah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar