Selamat Datang di Ruang Pajang Cipta Karya Sastra (Puisi, Cerpen, Drama, Artikel, dan Catatan Budaya) =============================================================================

Jumat, 24 September 2010

Prosa liris: ROMANSA SAHIDI (9)

Air liurnyapun tak akan mau dia buang sembarang tempat, kendati lupa kalau sembarang membuang air benih, vitalnya yang terahasia congkak, bengkak dan dapat merekah namun, justru semakin dikenal rahim setiap wanita. Dan Sahidi sering lupa meluapkan kegembiraan manakala membuang air benihnya, sembarang waktu, dengan memilih tempat yang tidak sembarangan. Yang diajakpun suka. Bahkan sering meminta mendahului ajakannya. Wah, jadi jungkir balik. Sang wanita mengejar pria. Sang wanita menyodorkan kemauannya. Karena ketika ia menyadari zat-zat hidupnya yang bertebaran, orang akan menghitung, berapa zat yang telah sia-sia untuk menjadi jiwa manusia. Entahlah! Siapa yang mepedulikan zat hidupnya yang mengalir dalam benih kesia-siaan. Karena ia menganggap itu bukan limbah benih tersia-sia. Benih ia anggap mampu jadikan kompos selanjutnya ditata kembali sebagai bukan benih yang sia-sia. Karena merangkai masa depan betapa mampunya ia mengembangkan generasi. Itupun kalau sang waktu tidak berjalan mandul. Siapakah gerangan dia yang terlampau intim untuk mengenal setiap lekuk tubuhmu sang Sahidi yang merubah sukma bak Arjuna? Setiap wanita pasti akan merahasiakan lekuk-lekuk itu pada setiap lelaki yang tidak dia inginkan, namun tidak buat Sahidi ketika mengatakan dalam bahasa merdu: “Engkau harus mau……engkau harus mengikuti perkataanku!” Dan wanita rengkuhan akan mengangguk menatap Arjuna yang tiba-tiba berdiri di hadapannya. Serta meremang bayang-bayang lahirnya anak-anak matahari. Dalam ruang dan waktu. Meruang dalam percumbuan hasrat. Panas bergelut emosi.
Menggelora………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar