Adalah Sahatun, wanita yang tercerai berai dalam angan tak sampai bersuamikan Sahidi lelaki yang tiba-tiba terbuka melampaui angan.
Sama-sama terhempas dalam badai.
Sama-sama berkarier.
Sama-sama punya harga diri.
Dan sama-sama ingin punya masa depan yang indah.
Pernah saling mencintai, bahkan mungkin diam-diam masih ada rasa cinta kasih sayang ketika masalah memisahkan mereka.
Ketika pertengkaran melibas mereka.
Ketika badai rumah tangga mulai terasa menghantam.
Ketika berbagai sangkaan praduga menguliti masing-masing pikiran mereka.
Ketika rasa curiga membuahkan tudingan-tudingan tak membendung berbagai tuduhan-tuduhan.
Ketika sama-sama saling mulai melecehkan cinta kasih yang semula dibangun dari serat –serat burung kecial. Entah!?
Itu kata mereka, manakala terbakar emosi. Kenapa bisa terbakar emosi? Akankah serat-serat kecial telah menuai jadi minyak-minyak yang ditorehkan dalam beberapa kalimat sakti? Minyaknya dioleskan di jidat, dioleskan di sepasang alis mata, kemudian ucapkan beberapa patah kata, maka emosi sesungguhnya jadi redam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar